Terungkap, Garuda Indonesia Utang Ratusan Miliar ke Traveloka
Jum'at, 03 Desember 2021 - 14:37 WIB
JAKARTA - Garuda Indonesia ternyata mempunya utang di perusahaan penyediaan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel, Traveloka yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah. Perihal utang tersebut disampaikan oleh Mantan Komisaris Garuda Indonesia , Peter F Gontha.
Saat ditemui di kawasan DPR RI, Peter mengaku utang emiten dengan kode saham GIAA itu di kisaran ratusan miliar. Meski begitu, dia enggan merinci lebih jauh perihal utang yang dimaksud.
Untuk melunasi utang perusahaan, manajemen memutuskan bila pendapatan atas penjualan tiket pesawat Garuda melalui platform Traveloka menjadi hak milik perusahaan penyediaan layanan tersebut.
"Jadi tiketnya sudah dipajang, jadi ke depan kalau tiket dibayar lewat Traveloka, uangnya bukan buat Garuda, buat Traveloka dan bukan Rp10-Rp20 miliar, ratusan miliar. Tapi mungkin sudah diselesaikan," ujarnya, dikutip Jumat (3/12/2021).
Peter mengaku keberatan atas pinjaman yang dilakukan manajemen maskapai penerbangan pelat merah kepada pihak Traveloka. Lantaran, perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka pinjaman pun dilakukan.
"Jadi selama ini Garuda Indonesia tidak punya uang. Selama bulan-bulan terakhir ini dan saya sangat berkeberatan mereka pinjam uang dari Traveloka," kata dia.
Secara agregat, utang Garuda Indonesia mencapai USD9,8 miliar atau setara Rp139 triliun. Adapun rinciannya, utang kepada lessor atau perusahaan penyewa pesawat sebesar USD 6.351 juta atau setara Rp90,2 triliun
Kemudian, komposisi utang terbesar kedua adalah bank yakni USD 967 juta atau setara Rp13,8 triliun. Adapun persentasenya mencapai 10 persen dari total utang.
Kemudian, OWK, Sukuk, KIK EBA sebesar USD 630 juta atau setara Rp9 triliun. Lalu, utang vendor BUMN sebesar USD 595 juta atau setara Rp8,4 triliun, dengan persentase 6 persen dari total utang.
Lalu, utang vendor swasta dengan nilai USD 317 juta atau Rp4,5 triliun. Adapun persentasenya mencapai 3 persen dari komponen utang perusahaan. Selanjutnya, liabilitas lainnya senilai USD 751 juta atau Rp10,7 triliun, dengan persentase 8 persen dari total utang.
Saat ditemui di kawasan DPR RI, Peter mengaku utang emiten dengan kode saham GIAA itu di kisaran ratusan miliar. Meski begitu, dia enggan merinci lebih jauh perihal utang yang dimaksud.
Untuk melunasi utang perusahaan, manajemen memutuskan bila pendapatan atas penjualan tiket pesawat Garuda melalui platform Traveloka menjadi hak milik perusahaan penyediaan layanan tersebut.
"Jadi tiketnya sudah dipajang, jadi ke depan kalau tiket dibayar lewat Traveloka, uangnya bukan buat Garuda, buat Traveloka dan bukan Rp10-Rp20 miliar, ratusan miliar. Tapi mungkin sudah diselesaikan," ujarnya, dikutip Jumat (3/12/2021).
Peter mengaku keberatan atas pinjaman yang dilakukan manajemen maskapai penerbangan pelat merah kepada pihak Traveloka. Lantaran, perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka pinjaman pun dilakukan.
"Jadi selama ini Garuda Indonesia tidak punya uang. Selama bulan-bulan terakhir ini dan saya sangat berkeberatan mereka pinjam uang dari Traveloka," kata dia.
Secara agregat, utang Garuda Indonesia mencapai USD9,8 miliar atau setara Rp139 triliun. Adapun rinciannya, utang kepada lessor atau perusahaan penyewa pesawat sebesar USD 6.351 juta atau setara Rp90,2 triliun
Kemudian, komposisi utang terbesar kedua adalah bank yakni USD 967 juta atau setara Rp13,8 triliun. Adapun persentasenya mencapai 10 persen dari total utang.
Kemudian, OWK, Sukuk, KIK EBA sebesar USD 630 juta atau setara Rp9 triliun. Lalu, utang vendor BUMN sebesar USD 595 juta atau setara Rp8,4 triliun, dengan persentase 6 persen dari total utang.
Lalu, utang vendor swasta dengan nilai USD 317 juta atau Rp4,5 triliun. Adapun persentasenya mencapai 3 persen dari komponen utang perusahaan. Selanjutnya, liabilitas lainnya senilai USD 751 juta atau Rp10,7 triliun, dengan persentase 8 persen dari total utang.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda