Pecinta Kopi Australia Minati Robusta Indonesia Asal Jangsi dan Pagar Alam
Senin, 06 Desember 2021 - 13:15 WIB
SYDNEY - Kopi robusta Indonesia dilirik pecinta kopi Australia dalam gelaran Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney. Kepala ITPC Sydney, Ayu Siti Maryam menjelaskan, selama tiga hari, acara ini dihadiri sebanyak 10 pemilik kedai kopi dan barista di Sydney.
ITPC Sydney digelar oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kemendag berkolaborasi dengan Opal Coffee dan The Q Coffee mengadakan Indonesian Coffee Cupping.
Ayu Siti Maryam mengatakan, menurut mereka biji kopi Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Mereka mengaku memang lebih sering memakai biji kopi arabika dibanding robusta karena masyarakat Australia lebih menyukai jenis minuman kopi yang tidak terlalu pahit.
"Masyarakat Australia lebih menyukai latte yang tidak terasa pahit dan lebih banyak susu. Namun demikian, permintaan akan kopi robusta mengalami tren kenaikan sehingga mereka sedang mencari biji kopi robusta dari berbagai negara, salah satunya Indonesia,” jelas Ayu dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/12/2021).
Dari 11 kopi yang disajikan, kata Ayu, pilihan pertama peserta coffee cupping yang paling diminati untuk robusta adalah biji kopi dari Jangsi dan Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sedangkan untuk arabica adalah biji kopi Sidikalang, Sumatera Utara; dan Aceh.
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan untuk petani kopi di Indonesia yang mengalami kesulitan akibat banyaknya kedai kopi di Indonesia yang sementara tutup akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, sekaligus bertujuan membuka akses pasar ekspor Indonesia di pasar Australia melalui pemanfaatan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA- CEPA). Dengan telah diimplementasikannya IA-CEPA, lanjut Didi, peluang pasar kopi Indonesia di Australia semakin besar.
“Harga kopi kita juga tidak kalah dengan kopi dari Amerika Selatan karena secara geografis, Indonesia adalah tetangga Australia jadi pasti biaya logistik lebih rendah,” imbuhnya.
Didi menambahkan, untuk mendukung perluasan pasar kopi Indonesia di Australia, Ditjen PEN sudah melakukan pengiriman sampel biji kopi dari seluruh Indonesia untuk dipromosikan melalui ITPC Sydney kepada importir dan roaster di Australia.
ITPC Sydney digelar oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kemendag berkolaborasi dengan Opal Coffee dan The Q Coffee mengadakan Indonesian Coffee Cupping.
Ayu Siti Maryam mengatakan, menurut mereka biji kopi Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Mereka mengaku memang lebih sering memakai biji kopi arabika dibanding robusta karena masyarakat Australia lebih menyukai jenis minuman kopi yang tidak terlalu pahit.
"Masyarakat Australia lebih menyukai latte yang tidak terasa pahit dan lebih banyak susu. Namun demikian, permintaan akan kopi robusta mengalami tren kenaikan sehingga mereka sedang mencari biji kopi robusta dari berbagai negara, salah satunya Indonesia,” jelas Ayu dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/12/2021).
Dari 11 kopi yang disajikan, kata Ayu, pilihan pertama peserta coffee cupping yang paling diminati untuk robusta adalah biji kopi dari Jangsi dan Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sedangkan untuk arabica adalah biji kopi Sidikalang, Sumatera Utara; dan Aceh.
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan, Didi Sumedi mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan untuk petani kopi di Indonesia yang mengalami kesulitan akibat banyaknya kedai kopi di Indonesia yang sementara tutup akibat pandemi Covid-19.
Selain itu, sekaligus bertujuan membuka akses pasar ekspor Indonesia di pasar Australia melalui pemanfaatan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA- CEPA). Dengan telah diimplementasikannya IA-CEPA, lanjut Didi, peluang pasar kopi Indonesia di Australia semakin besar.
“Harga kopi kita juga tidak kalah dengan kopi dari Amerika Selatan karena secara geografis, Indonesia adalah tetangga Australia jadi pasti biaya logistik lebih rendah,” imbuhnya.
Didi menambahkan, untuk mendukung perluasan pasar kopi Indonesia di Australia, Ditjen PEN sudah melakukan pengiriman sampel biji kopi dari seluruh Indonesia untuk dipromosikan melalui ITPC Sydney kepada importir dan roaster di Australia.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda