Proyeksi Bank Mandiri: Ekonomi RI Kuartal IV 2021 Tumbuh 5,04%

Rabu, 08 Desember 2021 - 16:41 WIB
Aktivitas masyarakat selama November 2021 terus mengalami peningkatan. FOTO/SINDOnews
JAKARTA - Bank Mandiri optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2021 mencapai 5,04% lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu disebabkan sejumlah indikator telah menunjukkan perbaikan.

"Memasuki kuartal IV 2021, berbagai indikator ekonomi di dalam negeri menunjukkan perbaikan," kata Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Panji Irawan, di acara media gahering, Rabu (8/12/2021).



Menurut dia indikator tersebut dapat dilihat dari mobilitas masyarakat pada November 2021 terus meningkat. Begiu juga, Indeks keyakinan konsumen (IKK) Oktober 2021 mengalami kenaikan signifikan menjadi 113.4 setelah berada pada level pesimis selama tiga bulan berturut-turut dari bulan Juli sampai September 2021 terdampak PPKM.

"Leading Indicator Mandiri Spending Index terus mengalami kenaikan signifikan dan sampai dengan tanggal 14 November mencapai level 137.0, mendekati puncak belanja pada saat Lebaran tahun 2021 yang berada pada posisi 137.5. Indeks manufaktur PMI selama tiga bulan berturut-turut, pada bulan September sampai November 2021 juga telah menunjukkan kondisi yang ekspansif," katanya.



Sedangkan dari sisi inflasi di dalam negeri juga masih relatif terkendali. Sampai dengan bulan November 2021, tercatat mengalami kenaikan menjadi 1,75% yoy masih di bawah target Bank Indonesia. "Inflasi masih akan tetap terkendali dan berada di bawah target BI sampai dengan akhir tahun 2021," kata dia.

Dari sisi eksternal, kata dia, neraca perdagangan Indonesia menunjukkan surplus yang terus meningkat. Pada Oktober 2021, surplus neraca perdagangan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar USD5,7 miliar.

Adapun neraca transaksi berjalan Indonesia pada triwulan III 2021 mengalami surplus USD4,47 miliar atau 1,49% terhadap PDB, didorong oleh peningkatan surplus neraca barang. Kondisi saat ini diperkirakan akan mampu menahan gejolak pasar yang timbul karena dampak dari normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju khususnya Amerika Serikat (AS).

Tak hanya itu, kebijakan moneter dan fiskal masih tetap akomodatif di tengah masih tingginya risiko ketidakpastian pandemi. Inflasi yang terkendali memberi ruang kepada BI untuk tetap menahan suku bunga kebijakan pada level terendah sepanjang sejarah pada 3.5% untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More