Daftar 6 BUMN dengan Utang Jumbo, Nomor 4 Diramal Bangkrut Bulan Ini
Rabu, 08 Desember 2021 - 17:41 WIB
JAKARTA - Pada awal tahun 2021, utang total BUMN yang mencapai ribuan triliun menjadi sorotan. Dimana tercatat hingga September 2020, utang pelat merah saat itu di angka Rp1.682 triliun.
Hingga kini mendekati penghujung tahun, sejumlah BUMN masih mencatatkan utang dengan nilai triliunan rupiah. Perusahaan negara tersebut terbagi dalam beberapa sektor industri.
Utang dengan nilai jumbo itupun diakui Kementerian BUMN selaku pemegang saham. Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan pun membeberkan sebab utama utang perseroan yang menggunung.
Adapun MNC Portal Indonesia merangkum sejumlah BUMN dengan nilai utang bombastik, di antaranya:
1. PT PLN (Persero)
Saat ini PLN tengah menanggung utang senilai Rp500 triliun. Perseroan pun dituntut melakukan efisiensi berupa refocusing anggaran. Erick Thohir mencatat, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan, misalnya, transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.
Erick menyebut, pinjaman tersebut merupakan utang lancar (current liabilities). Meski begitu, pemegang saham meminta manajemen untuk menekan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar 24 persen.
2. PT Garuda Indonesia Tbk
Hingga kini mendekati penghujung tahun, sejumlah BUMN masih mencatatkan utang dengan nilai triliunan rupiah. Perusahaan negara tersebut terbagi dalam beberapa sektor industri.
Utang dengan nilai jumbo itupun diakui Kementerian BUMN selaku pemegang saham. Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan pun membeberkan sebab utama utang perseroan yang menggunung.
Adapun MNC Portal Indonesia merangkum sejumlah BUMN dengan nilai utang bombastik, di antaranya:
1. PT PLN (Persero)
Saat ini PLN tengah menanggung utang senilai Rp500 triliun. Perseroan pun dituntut melakukan efisiensi berupa refocusing anggaran. Erick Thohir mencatat, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan, misalnya, transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.
Erick menyebut, pinjaman tersebut merupakan utang lancar (current liabilities). Meski begitu, pemegang saham meminta manajemen untuk menekan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar 24 persen.
2. PT Garuda Indonesia Tbk
Lihat Juga :
tulis komentar anda