Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah, Ringgit Malaysia Anjlok
Jum'at, 17 Desember 2021 - 09:43 WIB
JAKARTA - Nilai mata uang rupiah hari ini dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan Jumat (17/12/2021).Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:19 WIB, mata uang Garuda turun 15 poin atau -0,10% di harga Rp14.376 per 1 dolar AS.
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap USD, ketika indeks dolar AS terkoreksi -0,01% di level USD96,03. Yen Jepang naik 0,04% di 113,66, Dolar Hong Kong menguat 0,02% di 7,8021, dan Ringgit Malaysia turun -0,13% di 4,2095.
Dolar Taiwan merosot -0,11% di 27,839, Baht Thailand naik 0,06% di 33,380, Peso Filipina terpuruk -0,05% di 50,005, dan Won Korea Selatan menanjak 0,03% di 1.185,89. Yuan China koreksi -0,02% di 6,3688, sementara sisannya menurun seperti Dolar Singapura turun -0,15% di 1,3651, dan Dolar Australia anjlok -0,10% di 0,7175.
Sentimen pasar uang pagi ini datang dari indeks Dolar yang masih mengalami tekanan sehari setelah Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) mengadopsi sikap kebijakan moneter yang lebih hawkish tdari yang diperkirakan pasar. Hal ini mendongkrak kenaikan untuk Sterling dan Euro.
"Akibat BoE dan ECB, indeks dolar dalam jangka pendek kemungkinan berat, terutama mengingat posisinya bearish hingga akhir tahun," tulis Analis Westpac dalam catatan, dilansir Reuters, Jumat (17/19/2021). "Tetapi koreksi kemungkinan tidak melampaui level terendah di USD95-an," lanjutnya.
Sementara dari dalam negeri, kemunculan kasus baru varian Omicron sempat menimbulkan panic-selling dari pasar pada perdagangan Kamis kemarin (16/12). Sampai saat ini, pemerintah Indonesia masih terus melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menahan laju penyebaran.
"Omicron memang saat ini sudah cukup mengkhawatirkan secara global, tapi di Indonesia cukup kondusif, di sini ada TNI dan POLRI untuk mencegah penyebaran varian ini," kata Direktur TRFX Berjangka, Ibrahim Assuaibi kepada media, Kamis (16/12).
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap USD, ketika indeks dolar AS terkoreksi -0,01% di level USD96,03. Yen Jepang naik 0,04% di 113,66, Dolar Hong Kong menguat 0,02% di 7,8021, dan Ringgit Malaysia turun -0,13% di 4,2095.
Dolar Taiwan merosot -0,11% di 27,839, Baht Thailand naik 0,06% di 33,380, Peso Filipina terpuruk -0,05% di 50,005, dan Won Korea Selatan menanjak 0,03% di 1.185,89. Yuan China koreksi -0,02% di 6,3688, sementara sisannya menurun seperti Dolar Singapura turun -0,15% di 1,3651, dan Dolar Australia anjlok -0,10% di 0,7175.
Sentimen pasar uang pagi ini datang dari indeks Dolar yang masih mengalami tekanan sehari setelah Bank of England (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) mengadopsi sikap kebijakan moneter yang lebih hawkish tdari yang diperkirakan pasar. Hal ini mendongkrak kenaikan untuk Sterling dan Euro.
"Akibat BoE dan ECB, indeks dolar dalam jangka pendek kemungkinan berat, terutama mengingat posisinya bearish hingga akhir tahun," tulis Analis Westpac dalam catatan, dilansir Reuters, Jumat (17/19/2021). "Tetapi koreksi kemungkinan tidak melampaui level terendah di USD95-an," lanjutnya.
Sementara dari dalam negeri, kemunculan kasus baru varian Omicron sempat menimbulkan panic-selling dari pasar pada perdagangan Kamis kemarin (16/12). Sampai saat ini, pemerintah Indonesia masih terus melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menahan laju penyebaran.
"Omicron memang saat ini sudah cukup mengkhawatirkan secara global, tapi di Indonesia cukup kondusif, di sini ada TNI dan POLRI untuk mencegah penyebaran varian ini," kata Direktur TRFX Berjangka, Ibrahim Assuaibi kepada media, Kamis (16/12).
(nng)
tulis komentar anda