Pembukuan Digital Mudahkan Laporan Keuangan UMKM
Senin, 20 Desember 2021 - 19:32 WIB
JAKARTA - Pemerintah terus mendorong transformasi digital pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk tetap bertahan dan tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UMKM (Kemenkop UKM) jumlah UMKM yang terhubung dengan platform digital meningkat 105 persen menjadi 16,4 juta pelaku UMKM . Pada 2024 mendatang, jumlah UMKM yang terhubung dengan platform digital ditargetkan bertambah hingga mencapai 30 juta UMKM.
"Kami sadar betul pentingnya UMKM masuk ekosistem digital agar bisnisnya menjadi lebih efisien, rantai perdagangan menjadi lebih pendek, serta pasarnya semakin luas. Karena itu, Kemenkop dan UKM terus mendorong transformasi dan percepatan digital dengan mengembangkan ekosistem digital dari hulu ke hilir," kata MenkopUKM Teten Masduki melalui pernyataan resmi, di Jakarta, Senin (20/12/2021).
Menurut dia, digitalisasi UMKM tidak hanya untuk pemasaran dan penjualan tetapi proses bisnis dari hulu ke hilir juga harus digital. "Seperti halnya, pembukuan dan laporan keuangan UMKM dapat dibuat digital sehingga bisa membuat UMKM lebih akuntabel dan mudah mendapat pinjaman modal dari lembaga pembiayaan formal," jelas Teten.
CEO & Co-Founder CrediBook Gabriel Frans mengungkapkan, digitalisasi UMKM tidak hanya mengenai pemasaran tetapi perlu memperhatikan aspek operasional usaha seperti pengelolaan keuangan, pengadaan barang, dan manajemen pesanan. Saat ini, Credibook telah mengembangkan aplikasi digital untuk membantu kebutuhan operasional UMKM dalam satu ekosistem digital.
"Digitalisasi pengelolaan keuangan melalui aplikasi CrediBook membuat UMKM mudah dan cepat dalam mencatat laporan keuangan. Pencatatan secara manual bisa memakan waktu 2-3 jam dengan digital hanya butuh kurang dari 5 menit. Selain itu, laporan keuangan yang bisa diunduh di CrediBook juga sudah memberikan dampak nyata dalam membantu pengguna mendapatkan pinjaman KUR," ungkap Gabriel.
Untuk memudahkan para peritel di sisi pengadaan barang, CrediBook bermitra dengan pelaku grosir konvensional melalui layanan toko grosir online CrediMart. Saat ini CrediMart sudah hadir di lebih dari 20 kota.
"Kami mampu meningkatkan omzet mitra grosir hingga 50 persen per harinya. Ini sejalan dengan visi CrediMart untuk menjadi Sahabat Grosir. Sementara untuk UMKM lainnya, kami hadirkan aplikasi CrediStore yang memudahkan pembuatan toko online dan pengelolaan pesanan. Sudah ada 45 ribu produk UMKM terdaftar di CrediStore," tambah Gabriel.
Sementara itu, Director Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengakui UMKM kesulitan naik kelas salah satunya karena belum mengoptimalkan digitalisasi. Terdapat sejumlah kendala tidak optimalnya digitalisasi UMKM seperti akses internet yang belum merata hingga management skills UMKM yang masih tradisional terutama pencatatan laporan keuangan.
Menurut Bhima, kehadiran ekosistem pembukuan digital dapat mempermudah tracking aliran uang di UMKM mengingat transparansi dan pengendalian keuangan sangat dibutuhkan pelaku UMKM.
"Digitalisasi pembukuan keuangan tentu membawa dampak besar bagi UMKM. Berdasarkan studi di negara lain, ekosistem pembukuan digital membuat proses credit scoring 80 persen lebih cepat, meningkatkan kecepatan pengajuan pinjaman 30 persen, meningkatkan approval pinjaman 47 persen," jelasnya.
Lihat Juga: Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku Antar Petani Ini Sukses Kembangkan Budidaya Alpukat
"Kami sadar betul pentingnya UMKM masuk ekosistem digital agar bisnisnya menjadi lebih efisien, rantai perdagangan menjadi lebih pendek, serta pasarnya semakin luas. Karena itu, Kemenkop dan UKM terus mendorong transformasi dan percepatan digital dengan mengembangkan ekosistem digital dari hulu ke hilir," kata MenkopUKM Teten Masduki melalui pernyataan resmi, di Jakarta, Senin (20/12/2021).
Menurut dia, digitalisasi UMKM tidak hanya untuk pemasaran dan penjualan tetapi proses bisnis dari hulu ke hilir juga harus digital. "Seperti halnya, pembukuan dan laporan keuangan UMKM dapat dibuat digital sehingga bisa membuat UMKM lebih akuntabel dan mudah mendapat pinjaman modal dari lembaga pembiayaan formal," jelas Teten.
CEO & Co-Founder CrediBook Gabriel Frans mengungkapkan, digitalisasi UMKM tidak hanya mengenai pemasaran tetapi perlu memperhatikan aspek operasional usaha seperti pengelolaan keuangan, pengadaan barang, dan manajemen pesanan. Saat ini, Credibook telah mengembangkan aplikasi digital untuk membantu kebutuhan operasional UMKM dalam satu ekosistem digital.
"Digitalisasi pengelolaan keuangan melalui aplikasi CrediBook membuat UMKM mudah dan cepat dalam mencatat laporan keuangan. Pencatatan secara manual bisa memakan waktu 2-3 jam dengan digital hanya butuh kurang dari 5 menit. Selain itu, laporan keuangan yang bisa diunduh di CrediBook juga sudah memberikan dampak nyata dalam membantu pengguna mendapatkan pinjaman KUR," ungkap Gabriel.
Untuk memudahkan para peritel di sisi pengadaan barang, CrediBook bermitra dengan pelaku grosir konvensional melalui layanan toko grosir online CrediMart. Saat ini CrediMart sudah hadir di lebih dari 20 kota.
"Kami mampu meningkatkan omzet mitra grosir hingga 50 persen per harinya. Ini sejalan dengan visi CrediMart untuk menjadi Sahabat Grosir. Sementara untuk UMKM lainnya, kami hadirkan aplikasi CrediStore yang memudahkan pembuatan toko online dan pengelolaan pesanan. Sudah ada 45 ribu produk UMKM terdaftar di CrediStore," tambah Gabriel.
Sementara itu, Director Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengakui UMKM kesulitan naik kelas salah satunya karena belum mengoptimalkan digitalisasi. Terdapat sejumlah kendala tidak optimalnya digitalisasi UMKM seperti akses internet yang belum merata hingga management skills UMKM yang masih tradisional terutama pencatatan laporan keuangan.
Menurut Bhima, kehadiran ekosistem pembukuan digital dapat mempermudah tracking aliran uang di UMKM mengingat transparansi dan pengendalian keuangan sangat dibutuhkan pelaku UMKM.
"Digitalisasi pembukuan keuangan tentu membawa dampak besar bagi UMKM. Berdasarkan studi di negara lain, ekosistem pembukuan digital membuat proses credit scoring 80 persen lebih cepat, meningkatkan kecepatan pengajuan pinjaman 30 persen, meningkatkan approval pinjaman 47 persen," jelasnya.
Lihat Juga: Program Pemberdayaan BRI Klasterku Hidupku Antar Petani Ini Sukses Kembangkan Budidaya Alpukat
(nng)
tulis komentar anda