Lunasi Utang Impor Minyak Rp3,57 Triliun ke Iran, Sri Lanka Bayar Pakai Teh
Kamis, 23 Desember 2021 - 07:28 WIB
COLOMBO - Sri Lanka berencana melunasi utang untuk impor minyak dari Iran dengan membayarnya dalam bentuk teh , hal ini disampaikan oleh seorang menteri pemerintah. Ramesh Pathirana mengatakan, negaranya berharap bisa mengirim teh senilai USD5 juta yang setara Rp71,2 miliar (Kurs Rp14.240/USD) ke Iran setiap bulan untuk menghapus utang sebesar USD251 juta yang jika dirupiahkan mencapai Rp3,57 triliun.
Sri Lanka sendiri saat ini sedang mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, hal itu diperburuk dengan hilangnya pendapatan wisatawan selama pandemi virus Covid-19. Seorang anggota dewan teh di Sri Lanka mengatakan, ini menjadi pertama kalinya teh dibarter untuk melunasi utang luar negeri.
Pathirana mengutarakan, metode pembayaran tidak akan melanggar sanksi PBB atau Amerika, karena teh dikategorikan sebagai makanan atas dasar kemanusiaan, dan tidak ada bank Iran yang masuk dalam daftar hitam AS yang akan terlibat.
"Kami berharap dapat mengirim teh senilai USD5 juta setiap bulan untuk membayar Iran atas pembelian minyak yang tertunda sejak empat tahun terakhir," katanya kepada Reuters.
"Skema yang direkomendasikan akan menghemat mata uang asing Sri Lanka yang sangat dibutuhkan karena penyelesaian ke Iran akan dilakukan dalam rupee Sri Lanka melalui penjualan Teh Ceylon," ujar Kementerian Pertanian Sri Lanka.
Tetapi juru bicara Asosiasi Perkebunan Ceylon, yang mencakup semua perusahaan perkebunan besar di Sri Lanka, mengatakan mode transaksi ini adalah solusi plester oleh pemerintah. "Hal itu tidak selalu menguntungkan eksportir, karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," tambah Roshan Rajadurai.
Sri Lanka dilaporkan harus memenuhi kewajiban sekitar USD4,5 miliar terkait pembayaran utang tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai USD500 juta pada bulan Januari. Namun, cadangan devisa negara negara itu berkurang menjadi USD1,6 miliar pada akhir November, berdasarkan data terbaru dari bank sentral.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal mengatakan, pada awal bulan ini bahwa Sri Lanka yakin dapat "dengan mulus" membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada tahun 2022.
Sebagai informasi Sri Lanka memproduksi sekitar 340 juta kg teh setiap tahun. Tahun lalu mereka mengekspor 265,5 juta kg, dengan pendapatan mencapai sebesar USD1,24 miliar pada tahun 2020. Hampir 5% dari populasi Sri Lanka bekerja di industri yang menghasilkan miliaran dolar tersebut, mereka memetik daun di lereng gunung dan memproses teh di pabrik perkebunan.
Sri Lanka sendiri saat ini sedang mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, hal itu diperburuk dengan hilangnya pendapatan wisatawan selama pandemi virus Covid-19. Seorang anggota dewan teh di Sri Lanka mengatakan, ini menjadi pertama kalinya teh dibarter untuk melunasi utang luar negeri.
Baca Juga
Pathirana mengutarakan, metode pembayaran tidak akan melanggar sanksi PBB atau Amerika, karena teh dikategorikan sebagai makanan atas dasar kemanusiaan, dan tidak ada bank Iran yang masuk dalam daftar hitam AS yang akan terlibat.
"Kami berharap dapat mengirim teh senilai USD5 juta setiap bulan untuk membayar Iran atas pembelian minyak yang tertunda sejak empat tahun terakhir," katanya kepada Reuters.
"Skema yang direkomendasikan akan menghemat mata uang asing Sri Lanka yang sangat dibutuhkan karena penyelesaian ke Iran akan dilakukan dalam rupee Sri Lanka melalui penjualan Teh Ceylon," ujar Kementerian Pertanian Sri Lanka.
Tetapi juru bicara Asosiasi Perkebunan Ceylon, yang mencakup semua perusahaan perkebunan besar di Sri Lanka, mengatakan mode transaksi ini adalah solusi plester oleh pemerintah. "Hal itu tidak selalu menguntungkan eksportir, karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," tambah Roshan Rajadurai.
Sri Lanka dilaporkan harus memenuhi kewajiban sekitar USD4,5 miliar terkait pembayaran utang tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai USD500 juta pada bulan Januari. Namun, cadangan devisa negara negara itu berkurang menjadi USD1,6 miliar pada akhir November, berdasarkan data terbaru dari bank sentral.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka, Ajith Nivard Cabraal mengatakan, pada awal bulan ini bahwa Sri Lanka yakin dapat "dengan mulus" membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada tahun 2022.
Sebagai informasi Sri Lanka memproduksi sekitar 340 juta kg teh setiap tahun. Tahun lalu mereka mengekspor 265,5 juta kg, dengan pendapatan mencapai sebesar USD1,24 miliar pada tahun 2020. Hampir 5% dari populasi Sri Lanka bekerja di industri yang menghasilkan miliaran dolar tersebut, mereka memetik daun di lereng gunung dan memproses teh di pabrik perkebunan.
(akr)
tulis komentar anda