Pertamina NRE-RusHydro Jajaki Pengembangan PLTA di Indonesia
Jum'at, 31 Desember 2021 - 07:48 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui subholding Power & New Renewable Energy (Pertamina NRE) dan perusahaan asal Rusia, RusHydro, menandatangani nota kesepahaman pada Kamis (30/12) tentang pengembangan pembangkit listrik tenaga air ( PLTA ) di Indonesia.
Kerja sama strategis ini tidak saja mencakup pengembangan PLTA melainkan juga potensi energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya. Pada area pengembangan PLTA dan proyek infrastruktur sumber daya air, kerja sama meliputi pengembangan strategi pemanfaatan sumber daya air di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis, termasuk mengidentifikasi lokasi serta joint study, dan penjajakan terhadap offtaker.
Sedangkan pada potensi EBT lainnya, kerja sama meliputi optimasi pembangkit listrik eksisting, transfer teknologi, pengembangan teknologi inovasi pada proyek-proyek EBT, serta percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber dayas manusia.
RusHydro adalah perusahaan pembangkit listrik terbesar di Rusia dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 38 GW. Meskipun fokus pada PLTA, RusHydro juga mengoperasikan beberapa pembangkit listrik panas bumi dan pumped storage hydropower plant di Rusia. Perusahaan yang 61,7 persen sahamnya dipegang oleh pemerintah Rusia ini memiliki fokus pada penyediaan listrik berbasis energi bersih di mana saat ini memiliki porsi sebesar 81,5% dalam portofolio pembangkitnya.
"Ini adalah kerja sama yang sangat strategis untuk mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, khususnya PLTA. Harapannya dapat mendukung percepatan pencapaian target Bauran Energi Nasional di mana EBT mencapai 23% pada tahun 2025. Pertamina NRE dan RusHydro memiliki aspirasi yang sama dalam transisi energi, yaitu menyediakan energi yang lebih bersih," ujar Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dalam keterangan resminya, Jumat (31/12/2021).
Kerja sama strategis ini, tegas dia, berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan potensi energi air yang cukup besar di Indonesia. Potensi EBT di Indonesia sangat besar, termasuk potensi energi hidro (air).
Dalam peta jalan pengembangan pembangkit EBT yang tercantum dalam Rencana Umum Pembangkit Listrik (RUPTL) 2021–2030, penambahan per tahun kapasitas terpasang PLTA terbesar ada di tahun 2025, yaitu sebesar 2.478 MW. Dan pada tahun 2030, ditargetkan total penambahan kapasitas terpasangnya mencapai 9.272 MW. Sedangkan wilayah dengan target kapasitas terpasang PLTA terbesar di dalam peta jalan tersebut adalah Jawa, Madura, dan Bali, dengan total kapasitas pada tahun 2030 mencapai sekitar 3.900 MW.
Danif menjelaskan, Pertamina NRE secara aktif menjajaki kerja sama strategis pihak lain dalam rangka mendukung upaya transisi energi. Belum lama ini Pertamina NRE juga menandatangani nota kesepahaman dengan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) tentang sinergi dalam proyek-proyek penyediaan energi bersih baik di dalam maupun luar negeri seperti potensi pemanfaatan PLTA untuk green hydrogen.
Kerja sama strategis ini tidak saja mencakup pengembangan PLTA melainkan juga potensi energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya. Pada area pengembangan PLTA dan proyek infrastruktur sumber daya air, kerja sama meliputi pengembangan strategi pemanfaatan sumber daya air di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis, termasuk mengidentifikasi lokasi serta joint study, dan penjajakan terhadap offtaker.
Sedangkan pada potensi EBT lainnya, kerja sama meliputi optimasi pembangkit listrik eksisting, transfer teknologi, pengembangan teknologi inovasi pada proyek-proyek EBT, serta percepatan peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber dayas manusia.
RusHydro adalah perusahaan pembangkit listrik terbesar di Rusia dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 38 GW. Meskipun fokus pada PLTA, RusHydro juga mengoperasikan beberapa pembangkit listrik panas bumi dan pumped storage hydropower plant di Rusia. Perusahaan yang 61,7 persen sahamnya dipegang oleh pemerintah Rusia ini memiliki fokus pada penyediaan listrik berbasis energi bersih di mana saat ini memiliki porsi sebesar 81,5% dalam portofolio pembangkitnya.
"Ini adalah kerja sama yang sangat strategis untuk mempercepat pengembangan EBT di Indonesia, khususnya PLTA. Harapannya dapat mendukung percepatan pencapaian target Bauran Energi Nasional di mana EBT mencapai 23% pada tahun 2025. Pertamina NRE dan RusHydro memiliki aspirasi yang sama dalam transisi energi, yaitu menyediakan energi yang lebih bersih," ujar Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro dalam keterangan resminya, Jumat (31/12/2021).
Kerja sama strategis ini, tegas dia, berpotensi mengoptimalkan pemanfaatan potensi energi air yang cukup besar di Indonesia. Potensi EBT di Indonesia sangat besar, termasuk potensi energi hidro (air).
Dalam peta jalan pengembangan pembangkit EBT yang tercantum dalam Rencana Umum Pembangkit Listrik (RUPTL) 2021–2030, penambahan per tahun kapasitas terpasang PLTA terbesar ada di tahun 2025, yaitu sebesar 2.478 MW. Dan pada tahun 2030, ditargetkan total penambahan kapasitas terpasangnya mencapai 9.272 MW. Sedangkan wilayah dengan target kapasitas terpasang PLTA terbesar di dalam peta jalan tersebut adalah Jawa, Madura, dan Bali, dengan total kapasitas pada tahun 2030 mencapai sekitar 3.900 MW.
Danif menjelaskan, Pertamina NRE secara aktif menjajaki kerja sama strategis pihak lain dalam rangka mendukung upaya transisi energi. Belum lama ini Pertamina NRE juga menandatangani nota kesepahaman dengan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) tentang sinergi dalam proyek-proyek penyediaan energi bersih baik di dalam maupun luar negeri seperti potensi pemanfaatan PLTA untuk green hydrogen.
(fai)
tulis komentar anda