Covid-19 Melonjak, Pekerja Starbucks di Amerika Mogok
Jum'at, 07 Januari 2022 - 14:15 WIB
JAKARTA - Sejumlah barista kedai kopi Starbucks di Buffalo, New York, Amerika Serikat , mangkir bekerja di tengah lonjakan kasus baru Covid-19 di negara itu. Aksi itu dilakukan oleh para pegawai Starbucks sebagai bentuk ketidakamanan bekerja di tengah lonjakan baru kasus Covid-19.
Dilansir dari Reuteurs, Jumat (7/1/2022). Para pekerja kedai kopi Starbucks mengatakan bahwa mereka tidak akan kembali untuk bekerja sampai mereka merasa aman. Salah satu pengurus serikat pekerja Starbucks di Buffalo, Casey Moore, mengatakan sepertiga karyawan di sana telah keluar dari pekerjaannya karena masalah Covid-19.
“Karyawan yang dapat bekerja pun bahkan tidak diberikan masker N95 dan Starbucks mengharuskan mitra untuk melayani pelanggan yang tidak menggunakan masker, meskipun ada mandat masker di seluruh negara bagian," kata Moore.
Sementara itu, juru bicara perusahaan, Reggie Borges, mengatakan bahwa pada hari Senin (3/1/2022) 20 toko di area Buffalo telah menutup area tempat duduk dan beralih ke take-out saja. Beberapa lagi telah mengurangi jam operasional, untuk mengatasi lonjakan lokal dalam kasus Covid-19 dan kekurangan staf.
"Sepanjang pandemi kami telah memenuhi dan melampaui semua CDC dan pedoman ahli untuk keselamatan, dan kami telah mendukung mitra dengan pembayaran vaksin, hari sakit, dan pembayaran isolasi," kata Borges.
Menurutnya, karyawan di toko tersebut memberikan suara pada 9 Desember untuk bergabung dengan serikat pekerja. Dewan Hubungan Perburuhan Nasional mengesahkan hasil pemilu seminggu kemudian.
“Sekarang, karyawan Starbucks di masing-masing toko di enam kota lagi mencari pemilihan untuk memilih apakah akan berserikat," pungkasnya.
Dilansir dari Reuteurs, Jumat (7/1/2022). Para pekerja kedai kopi Starbucks mengatakan bahwa mereka tidak akan kembali untuk bekerja sampai mereka merasa aman. Salah satu pengurus serikat pekerja Starbucks di Buffalo, Casey Moore, mengatakan sepertiga karyawan di sana telah keluar dari pekerjaannya karena masalah Covid-19.
“Karyawan yang dapat bekerja pun bahkan tidak diberikan masker N95 dan Starbucks mengharuskan mitra untuk melayani pelanggan yang tidak menggunakan masker, meskipun ada mandat masker di seluruh negara bagian," kata Moore.
Sementara itu, juru bicara perusahaan, Reggie Borges, mengatakan bahwa pada hari Senin (3/1/2022) 20 toko di area Buffalo telah menutup area tempat duduk dan beralih ke take-out saja. Beberapa lagi telah mengurangi jam operasional, untuk mengatasi lonjakan lokal dalam kasus Covid-19 dan kekurangan staf.
"Sepanjang pandemi kami telah memenuhi dan melampaui semua CDC dan pedoman ahli untuk keselamatan, dan kami telah mendukung mitra dengan pembayaran vaksin, hari sakit, dan pembayaran isolasi," kata Borges.
Menurutnya, karyawan di toko tersebut memberikan suara pada 9 Desember untuk bergabung dengan serikat pekerja. Dewan Hubungan Perburuhan Nasional mengesahkan hasil pemilu seminggu kemudian.
“Sekarang, karyawan Starbucks di masing-masing toko di enam kota lagi mencari pemilihan untuk memilih apakah akan berserikat," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda