Tukang Las Rel Kereta Cepat Jakarta-Bandung Impor dari China, Bappenas Bilang Begini
Selasa, 08 Februari 2022 - 19:35 WIB
JAKARTA - Pengerjaan mengelas rel kereta cepat Jakarta-Bandung ternyata masih membutuhkan tenaga kerja China . Terkait hal itu, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementeraian PPN/Bappenas, Pungky Sumadi memberikan penjelasannya.
"Kami sempat mengunjungi proyek kereta cepat Indonesia Jakarta-Bandung itu awalnya agak membingungkan pada saat kami melihat, misalnya tukang las untuk rel kereta itu ternyata masih harus dari China kita datangkan," kata Pungky dalam rapat panja pengawasan di Komisi IX DPR, Selasa (8/2/2022).
Pungky menjelaskan, rel kereta cepat Jakarta-Bandung harus memiliki kualitas yang tinggi dan harus di impor dari China, sehingga pemasangannya pun melibatkan tenaga kerja dari China juga.
"Setelah kami diskusi dengan mereka, ternyata rel yang ada itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi, tingkat kepadatan maupun campuran besinya dan itu belum mampu diproduksi oleh Krakatau Steel misalnya. Panjangnya pun satu batang itu sekitar 50 meter yang kitapun belum pernah bisa membuatnya," sambung Pungky.
Menurutnya untuk saat ini Indonesia sendiri belum memiliki kemampuan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan kegiatan semacam itu. "Untuk itu membutuhkan teknik pengelasan dan alat-alat yang berkualitas tinggi yang memang belum kita miliki," kata Pungky
Pungky Sumadi menjelaskan, rasio tenaga kerja asing jika dibandingkan dengan tenaga kerja dalam negeri itu seperti 1 : 2.800 orang tenaga kerja lokal. Artinya setiap 2.880 pekerja Indonesia ada satu tenaga kerja asing.
Sedangkan Malaysia - Singapura, rasionya sebesar 1:12 dan 1:2. Artinya, ada satu TKA di setiap 12 pekerja lokal Malaysia dan satu TKA di setiap 2 pekerja warga Singapura. Sementara di Thailand rasionya sebesar 1:17; Australia 1:4; dan Hong Kong 1:3.
Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Suhartono menyebut, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, mayoritas TKA yang bekerja di Indonesia menempati sektor pekerjaan teknis (jabatan profesional) seperti untuk pemasangan alat-alat berat.
"Kami sempat mengunjungi proyek kereta cepat Indonesia Jakarta-Bandung itu awalnya agak membingungkan pada saat kami melihat, misalnya tukang las untuk rel kereta itu ternyata masih harus dari China kita datangkan," kata Pungky dalam rapat panja pengawasan di Komisi IX DPR, Selasa (8/2/2022).
Baca Juga
Pungky menjelaskan, rel kereta cepat Jakarta-Bandung harus memiliki kualitas yang tinggi dan harus di impor dari China, sehingga pemasangannya pun melibatkan tenaga kerja dari China juga.
"Setelah kami diskusi dengan mereka, ternyata rel yang ada itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi, tingkat kepadatan maupun campuran besinya dan itu belum mampu diproduksi oleh Krakatau Steel misalnya. Panjangnya pun satu batang itu sekitar 50 meter yang kitapun belum pernah bisa membuatnya," sambung Pungky.
Menurutnya untuk saat ini Indonesia sendiri belum memiliki kemampuan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan kegiatan semacam itu. "Untuk itu membutuhkan teknik pengelasan dan alat-alat yang berkualitas tinggi yang memang belum kita miliki," kata Pungky
Pungky Sumadi menjelaskan, rasio tenaga kerja asing jika dibandingkan dengan tenaga kerja dalam negeri itu seperti 1 : 2.800 orang tenaga kerja lokal. Artinya setiap 2.880 pekerja Indonesia ada satu tenaga kerja asing.
Sedangkan Malaysia - Singapura, rasionya sebesar 1:12 dan 1:2. Artinya, ada satu TKA di setiap 12 pekerja lokal Malaysia dan satu TKA di setiap 2 pekerja warga Singapura. Sementara di Thailand rasionya sebesar 1:17; Australia 1:4; dan Hong Kong 1:3.
Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kementerian Ketenagakerjaan, Suhartono menyebut, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, mayoritas TKA yang bekerja di Indonesia menempati sektor pekerjaan teknis (jabatan profesional) seperti untuk pemasangan alat-alat berat.
(akr)
tulis komentar anda