Ekspansi Bisnis ke Batu Bara, MNC Energy (IATA) Incar 1,4 Miliar Metrik Ton
Kamis, 10 Februari 2022 - 13:41 WIB
JAKARTA - Emiten MNC Group PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk resmi berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) dan mengubah kegiatan usaha utamanya dari perusahaan pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi bidang investasi dan perusahaan induk, khususnya di sektor pertambangan batu bara .
Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo mengatakan, sejalan dengan perubahan nama, MNC Energy Investment resmi menunjuk Presiden Komisaris Utama yang baru dan perubahan bidang usaha guna memanfaatkan sumber daya yang besar.
"Kemudian bidang usahanya sudah berubah menjadi investment company yang pada saat ini memiliki berbagai perusahaan di bawahnya. Kemudian dibentuknya anak usaha yang dimiliki seutuhnya bernama PT Air Transport, hanya dipindah ke bawah jadi anak usaha, kegiatan sama seperti sebelumnya," ujar Hary saat Konferensi Pers IATA di iNews Tower Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan hari ini, Kamis (10/2/2022), para pemegang saham menyetujui perubahan bisnis utama IATA, dari yang sebelumnya transportasi udara menjadi perusahaan investasi, dengan investasi pada unit-unit bisnisnya yang bergerak di bidang usaha pertambangan, infrastruktur, dan transportasi udara.
Selain itu, Hary menjelaskan, bahwa perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambil alih 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT). BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang meliputi PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC).
Keduanya sudah beroperasi dan aktif menghasilkan batu bara dengan kisaran GAR 2.800 – 3.600 kkal/kg. Dengan total area seluas 9.813 hektare, BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta metrik ton [MT], sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT
"Jadi besar sekali kalo sumber dayanya sudah berproduksi 2,5 juta metrik ton, pendapatan Rp1,1 triliun, sangat profitable dari 2 perusahaan tadi," jelas Hary.
Selain itu, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), keduanya ditargetkan untuk memulai produksi batubara dalam tahun ini. Ditambah lagi, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) yang sedang disiapkan untuk beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang.
“Tujuh IUP dengan luas 64.191 hektare ini memiliki estimasi total sumber daya sebesar lebih dari 1,4 miliar MT. Diharapkan kapasitas produksi tahun 2022, mudah-mudahan kinerja pendapatan perseroan bisa meningkat 3 kali lipat lebih," katanya.
Tahun 2022, harga batu bara diprediksi akan terus melejit dampak permintaan yang tinggi dan pasokan yang terus menyusut. Kenaikan ini tentunya turut mendongkrak harga batu bara nasional. "Dengan berubahnya perseroan bisnis utamanya tambang batu bara nanti dikembangkan juga, arahnya sudah bulat IATA jadi perusahaan batu bara end-to-end," terang Hary.
Executive Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo mengatakan, sejalan dengan perubahan nama, MNC Energy Investment resmi menunjuk Presiden Komisaris Utama yang baru dan perubahan bidang usaha guna memanfaatkan sumber daya yang besar.
"Kemudian bidang usahanya sudah berubah menjadi investment company yang pada saat ini memiliki berbagai perusahaan di bawahnya. Kemudian dibentuknya anak usaha yang dimiliki seutuhnya bernama PT Air Transport, hanya dipindah ke bawah jadi anak usaha, kegiatan sama seperti sebelumnya," ujar Hary saat Konferensi Pers IATA di iNews Tower Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Baca Juga
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan hari ini, Kamis (10/2/2022), para pemegang saham menyetujui perubahan bisnis utama IATA, dari yang sebelumnya transportasi udara menjadi perusahaan investasi, dengan investasi pada unit-unit bisnisnya yang bergerak di bidang usaha pertambangan, infrastruktur, dan transportasi udara.
Selain itu, Hary menjelaskan, bahwa perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambil alih 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT). BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang meliputi PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC).
Keduanya sudah beroperasi dan aktif menghasilkan batu bara dengan kisaran GAR 2.800 – 3.600 kkal/kg. Dengan total area seluas 9.813 hektare, BSPC memiliki perkiraan total sumber daya 130,7 juta metrik ton [MT], sementara PMC memiliki 76,9 juta MT, dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT
"Jadi besar sekali kalo sumber dayanya sudah berproduksi 2,5 juta metrik ton, pendapatan Rp1,1 triliun, sangat profitable dari 2 perusahaan tadi," jelas Hary.
Selain itu, PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), keduanya ditargetkan untuk memulai produksi batubara dalam tahun ini. Ditambah lagi, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) yang sedang disiapkan untuk beroperasi dalam satu atau dua tahun dari sekarang.
“Tujuh IUP dengan luas 64.191 hektare ini memiliki estimasi total sumber daya sebesar lebih dari 1,4 miliar MT. Diharapkan kapasitas produksi tahun 2022, mudah-mudahan kinerja pendapatan perseroan bisa meningkat 3 kali lipat lebih," katanya.
Tahun 2022, harga batu bara diprediksi akan terus melejit dampak permintaan yang tinggi dan pasokan yang terus menyusut. Kenaikan ini tentunya turut mendongkrak harga batu bara nasional. "Dengan berubahnya perseroan bisnis utamanya tambang batu bara nanti dikembangkan juga, arahnya sudah bulat IATA jadi perusahaan batu bara end-to-end," terang Hary.
(akr)
tulis komentar anda