Tak Lakukan Ini, Bank Jadul Terancam Ditinggal Nasabah
Senin, 14 Februari 2022 - 12:04 WIB
JAKARTA - Perkembangan teknologi meledak sejak pandemi Covid-19 merebak, termasuk dalam industri perbankan. Fenomena disrupsi teknologi digital membuat bank-bank mencari cara bertahan hidup agar tetap eksis dan diminati nasabah diantara banyaknya layanan pembayaran saat ini.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, untuk bisa menghadapi disrupsi digital, perbankan harus mengubah pendekatan layanannya kepada nasabah dengan melakukan migrasi ke sektor digital.
"Di gelombang pertama disrupsi digital ini, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bekerja sama dengan pemain lain di industri sistem pembayaran. Sistem kita harus terekspos, namun harus tetap terjaga dengan baik," ujar Tiko dalam Casual Talks On Digital Payment Innovation Of Banking, Senin (14/2/2022).
Menurutnya, perbankan akan tetap menjadi key player dalam industri ini selama mereka menerapkan model hybrid dan open banking ecosystem. Jadi, perbankan harus menggabungkan kapabilitas digital yang masif, tapi juga memanfaatkan fisiknya secara maksimal.
Misalnya dengan meluncurkan aplikasi mobile banking atau bahkan superapps yang terintegrasi dengan layanan lain. "Itulah alasannya kenapa perbankan menggelontorkan banyak investasi untuk meningkatkan core banking system termasuk pengembangan teknologi ini," papar Tiko.
Konsekuensinya, tentu layanan perbankan yang jadul akan ditinggalkan lambat laun. Tiko menyoroti nasib model-model pembayaran tersebut di masa yang akan datang.
"Tentunya ke depan kita lihat, bagaimana nasib ATM apakah masih akan digunakan, apakah tidak akan ada ATM, lalu mesin EDC apakah masih relevan," ujarnya.
Lihat Juga: Sinar Mas Digital Day 2024: Dorong Inovasi Digital dan Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, untuk bisa menghadapi disrupsi digital, perbankan harus mengubah pendekatan layanannya kepada nasabah dengan melakukan migrasi ke sektor digital.
"Di gelombang pertama disrupsi digital ini, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bekerja sama dengan pemain lain di industri sistem pembayaran. Sistem kita harus terekspos, namun harus tetap terjaga dengan baik," ujar Tiko dalam Casual Talks On Digital Payment Innovation Of Banking, Senin (14/2/2022).
Menurutnya, perbankan akan tetap menjadi key player dalam industri ini selama mereka menerapkan model hybrid dan open banking ecosystem. Jadi, perbankan harus menggabungkan kapabilitas digital yang masif, tapi juga memanfaatkan fisiknya secara maksimal.
Misalnya dengan meluncurkan aplikasi mobile banking atau bahkan superapps yang terintegrasi dengan layanan lain. "Itulah alasannya kenapa perbankan menggelontorkan banyak investasi untuk meningkatkan core banking system termasuk pengembangan teknologi ini," papar Tiko.
Konsekuensinya, tentu layanan perbankan yang jadul akan ditinggalkan lambat laun. Tiko menyoroti nasib model-model pembayaran tersebut di masa yang akan datang.
"Tentunya ke depan kita lihat, bagaimana nasib ATM apakah masih akan digunakan, apakah tidak akan ada ATM, lalu mesin EDC apakah masih relevan," ujarnya.
Lihat Juga: Sinar Mas Digital Day 2024: Dorong Inovasi Digital dan Kolaborasi Menuju Indonesia Emas 2045
(nng)
tulis komentar anda