Ekonomi Global Belum Pulih, Penurunan Ekspor Akan Terus Berlanjut
Senin, 15 Juni 2020 - 15:04 WIB
JAKARTA - Penurunan ekspor diprediksi akan terus berlanjut seiring data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan neraca dagang Mei 2020. Neraca perdagangan pada Mei kemarin memang mencatatkan surplus, namun laju ekspor yang turun cukup tajam.
"Penurunan ekspor akan berlanjut seiring data ekonomi secara global yang belum menunjukan adanya pemulihan permintaan. Kasus covid19 di AS yang terus meningkat membuat permintaan ekspor asal Indonesia tidak berjalan optimal," kata Bhima Yudistira, ekonom Indef, saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (15/6/2020).
Dia melanjutkan, penurunan ekspor terlihat dari kinerja ekspor karet yang turun 29,6% dibanding April. Kondisi yang sama juga alami ekspor alas kaki yang turun 23,5% dan CPO turun sebesar 13%. ( Baca: Lanjutkan Tren April, Impor Indonesia pada Mei Turun )
Pemberlakukan New Normal memang bisa buat neraca dagang surplus, tapi belum menjadi indikator yang baik. Pasalnya, dari sisi impor barang konsumsi yang turun cukup tajam, menunjukkan minat belanja yang masih rendah di dalam negeri.
"Impor bahan baku dan barang modal diperkirakan masih akan mengalami penurunan seiring kapasitas produksi manufaktur yang rendah," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, ekonom Core, Piter Abdullah, menilai perlambatan ekonomi global dan juga domestik akan mengakibatkan perlambatan ekspor. Surplus yang terjadi karena perlambatan impor yang lebih besar, bukan kondisi yang diharapkan.
"Tentu saja kondisi ini tidak ideal. Kita menginginkan surplus yang didorong oleh meningkatnya ekspor," imbuhnya.
"Penurunan ekspor akan berlanjut seiring data ekonomi secara global yang belum menunjukan adanya pemulihan permintaan. Kasus covid19 di AS yang terus meningkat membuat permintaan ekspor asal Indonesia tidak berjalan optimal," kata Bhima Yudistira, ekonom Indef, saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (15/6/2020).
Dia melanjutkan, penurunan ekspor terlihat dari kinerja ekspor karet yang turun 29,6% dibanding April. Kondisi yang sama juga alami ekspor alas kaki yang turun 23,5% dan CPO turun sebesar 13%. ( Baca: Lanjutkan Tren April, Impor Indonesia pada Mei Turun )
Pemberlakukan New Normal memang bisa buat neraca dagang surplus, tapi belum menjadi indikator yang baik. Pasalnya, dari sisi impor barang konsumsi yang turun cukup tajam, menunjukkan minat belanja yang masih rendah di dalam negeri.
"Impor bahan baku dan barang modal diperkirakan masih akan mengalami penurunan seiring kapasitas produksi manufaktur yang rendah," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, ekonom Core, Piter Abdullah, menilai perlambatan ekonomi global dan juga domestik akan mengakibatkan perlambatan ekspor. Surplus yang terjadi karena perlambatan impor yang lebih besar, bukan kondisi yang diharapkan.
"Tentu saja kondisi ini tidak ideal. Kita menginginkan surplus yang didorong oleh meningkatnya ekspor," imbuhnya.
(uka)
tulis komentar anda