PLN Proyeksikan Pembangkit EBT Meningkat Pesat Mulai 2028
Kamis, 24 Maret 2022 - 08:58 WIB
Saat ini, kata Munief, sebaran sistem kelistrikan secara nasional semuanya surplus sangat tinggi di atas 30-40%. Untuk Jawa-Bali surplusnya tercatat mencapai 50%. Munief mengatakan, hanya ada beberapa di sistem khatulistiwa yang sistem reserve marginnya 9%. Ini menunjukkan cadangan kapasitas listrik banyak yang belum terutilisasi.
"PLN perlu arif dan bijaksana agar kapasitas ini bisa dimanfaatkan dan bisa ikut berpartisipasi dalam pengembangan EBT," katanya.
Munief menambahkan, kondisi surplus pasokan listrik adalah sebuah dinamika dari adanya proses perkembangan teknologi yang cepat dan masif. PLN mempunyai program strategis, tidak hanya ketahanan energi tapi juga perlu dilakukan kemandirian.
Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam kesempatan itu mengatakan bahwa untuk sektor energi, pemanfaatan EBT menjadi hal yang sangat kritikal dalam transisi energi. Pada 2060, kata dia, diproyeksikan 60% pembangkit adalah berbasis energi surya (PLTS).
"PLTS menjadi salah satu prioritas untuk jangka pendek. Potensinya cukup besar dan waktu kontruksinya cukup pendek membuat PLTS menjadi prioritas," jelasnya.
Pada 2025, ditargetkan kapasitas terpasang PLTS mencapai 3,6 GW. Terkait dengan itu, Kementerian ESDM berharap sektor industri mempunya peran cukup tinggi untuk mengimplementasikan PLTS atap. "Berdasarkan kapasitas PLTS atap, paling tinggi berasal dari pelanggan industri yakni 17,7 MW. Ini kami harapkan bisa terus didorong ke depannya," kata Feby.
Terkait dengan itu, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan, sebagai bagian dari RE 100, yaitu perusahaan yang berkomitmen menurunkan emisi di 2030, pihaknya mendukung ekosistem Indonesia menuju net zero emmission dengan pemasangan PLTS di atap pabrik.
"Saat ini sudah terpasang di lima pabrik. Kami pasang juga di pabrik baru di Banyuwangi. Semua pabrik baru akan kami pasang PLTS atap," jelas Karyanto.
"PLN perlu arif dan bijaksana agar kapasitas ini bisa dimanfaatkan dan bisa ikut berpartisipasi dalam pengembangan EBT," katanya.
Munief menambahkan, kondisi surplus pasokan listrik adalah sebuah dinamika dari adanya proses perkembangan teknologi yang cepat dan masif. PLN mempunyai program strategis, tidak hanya ketahanan energi tapi juga perlu dilakukan kemandirian.
Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam kesempatan itu mengatakan bahwa untuk sektor energi, pemanfaatan EBT menjadi hal yang sangat kritikal dalam transisi energi. Pada 2060, kata dia, diproyeksikan 60% pembangkit adalah berbasis energi surya (PLTS).
"PLTS menjadi salah satu prioritas untuk jangka pendek. Potensinya cukup besar dan waktu kontruksinya cukup pendek membuat PLTS menjadi prioritas," jelasnya.
Pada 2025, ditargetkan kapasitas terpasang PLTS mencapai 3,6 GW. Terkait dengan itu, Kementerian ESDM berharap sektor industri mempunya peran cukup tinggi untuk mengimplementasikan PLTS atap. "Berdasarkan kapasitas PLTS atap, paling tinggi berasal dari pelanggan industri yakni 17,7 MW. Ini kami harapkan bisa terus didorong ke depannya," kata Feby.
Terkait dengan itu, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan, sebagai bagian dari RE 100, yaitu perusahaan yang berkomitmen menurunkan emisi di 2030, pihaknya mendukung ekosistem Indonesia menuju net zero emmission dengan pemasangan PLTS di atap pabrik.
"Saat ini sudah terpasang di lima pabrik. Kami pasang juga di pabrik baru di Banyuwangi. Semua pabrik baru akan kami pasang PLTS atap," jelas Karyanto.
(fai)
tulis komentar anda