PLN Proyeksikan Pembangkit EBT Meningkat Pesat Mulai 2028

Kamis, 24 Maret 2022 - 08:58 WIB
loading...
PLN Proyeksikan Pembangkit EBT Meningkat Pesat Mulai 2028
Executive Vice President Pelayanan Pelanggan Retail PLN Munief Budiman di webinar PLTS Atap untuk Industri, Siapa yang Untung? Rabu (23/3/2022). Foto/M Faizal
A A A
JAKARTA - PT PLN (Persero) memproyeksikan pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) akan meningkat besar-besaran mulai tahun 2028 mendatang. Penyebabnya, kemajuan teknologi baterai yang semakin canggih dan terjangkau.

Selanjutnya, PLN memperkirakan peningkatan secara eksponensial akan mulai terjadi pada 2040.
Executive Vice President Pelayanan Pelanggan Retail PLN Munief Budiman mengatakan, pada 2045 EBT diyakini sudah mendominasi jumlah pembangkit yang ada.



"Dekade berikutnya seluruh pembangkit listirk di Indonesia berasal dari EBT," ujar Munief dalam webinar bertema "PLTS Atap untuk Industri, Siapa yang Untung?" yang digelar Rabu (23/3/2022).

Munief mengatakan, PLN berkomitmen mendukung pemerintah untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada 2025 yang ditunjukkan pada pilar transformasi green PLN. Transformasi PLN untuk pilar green dengan berupaya memimpin transisi energi Indonesia melalui peningkatan EBT secara pesat dan efisien.

"Green breakthrough kami adalah implementasi RJPP 2019-2024, launch green booster 3,5 GW, dan launch large scale renewable energy," jelasnya.

Menurut dia, pada 2015-2019 PLN mempunyai perkiraan permintaan kebutuhan tenaga listrik yang cukup tinggi. Hal ini akan menjadi dasar PLN menyiapkan infrastruktur untuk merespons pertumbuhan tinggi tersebut. Namun, pada 2016-2017 ternyata pertumbuhan permintaan tenaga listrik tidak seperti yang diharapkan. Sementara, di 2015 sudah ada komitmen pembangunan proyek pembangkit listrik swasta yang sudah berjalan.

"Ini menjadi hal yang harus kita antisipasi. Pada 2019 estimasi diupayakan dikoreksi. Pada 2021 estimasi demand dari 361 TWh, dikoreksi jadi 279 TWh. Target 2022 estimasi demand 392 TWh, dikoreksi jadi 300 TW," ungkapnya.

Saat ini, kata Munief, sebaran sistem kelistrikan secara nasional semuanya surplus sangat tinggi di atas 30-40%. Untuk Jawa-Bali surplusnya tercatat mencapai 50%. Munief mengatakan, hanya ada beberapa di sistem khatulistiwa yang sistem reserve marginnya 9%. Ini menunjukkan cadangan kapasitas listrik banyak yang belum terutilisasi.

"PLN perlu arif dan bijaksana agar kapasitas ini bisa dimanfaatkan dan bisa ikut berpartisipasi dalam pengembangan EBT," katanya.

Munief menambahkan, kondisi surplus pasokan listrik adalah sebuah dinamika dari adanya proses perkembangan teknologi yang cepat dan masif. PLN mempunyai program strategis, tidak hanya ketahanan energi tapi juga perlu dilakukan kemandirian.

Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Andriah Feby Misna dalam kesempatan itu mengatakan bahwa untuk sektor energi, pemanfaatan EBT menjadi hal yang sangat kritikal dalam transisi energi. Pada 2060, kata dia, diproyeksikan 60% pembangkit adalah berbasis energi surya (PLTS).

"PLTS menjadi salah satu prioritas untuk jangka pendek. Potensinya cukup besar dan waktu kontruksinya cukup pendek membuat PLTS menjadi prioritas," jelasnya.



Pada 2025, ditargetkan kapasitas terpasang PLTS mencapai 3,6 GW. Terkait dengan itu, Kementerian ESDM berharap sektor industri mempunya peran cukup tinggi untuk mengimplementasikan PLTS atap. "Berdasarkan kapasitas PLTS atap, paling tinggi berasal dari pelanggan industri yakni 17,7 MW. Ini kami harapkan bisa terus didorong ke depannya," kata Feby.

Terkait dengan itu, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia Karyanto Wibowo mengatakan, sebagai bagian dari RE 100, yaitu perusahaan yang berkomitmen menurunkan emisi di 2030, pihaknya mendukung ekosistem Indonesia menuju net zero emmission dengan pemasangan PLTS di atap pabrik.

"Saat ini sudah terpasang di lima pabrik. Kami pasang juga di pabrik baru di Banyuwangi. Semua pabrik baru akan kami pasang PLTS atap," jelas Karyanto.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9128 seconds (0.1#10.140)