Kisah 2 Kapal Pesiar Mewah Abramovich Melarikan Diri dari Sanksi, Nilainya Rp14,2 Triliun

Sabtu, 26 Maret 2022 - 09:52 WIB
Sebaliknya, Turki telah memposisikan dirinya sebagai mediator netral dan dihargai dalam pembicaraan antara Rusia dan Ukraina. Dimana Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte memuji negara itu karena "melakukan semua yang dapat dilakukannya."

Hal itu telah menjadikan Turki menjadi tujuan pilihan bagi orang Rusia yang ingin mengamankan kekayaan mereka saat investasi di pasar global yang semakin tidak ramah.



Abramovich, yang tidak bepergian dengan salah satu dari dua kapal pesiar, menurut data pelacakan penerbangan berada di Istanbul pekan lalu.

"Dia ingin melakukan beberapa pekerjaan dan mungkin membeli beberapa aset," kata seorang sumber kepada Reuters, mencatat langkah serupa oleh oligarki lainnya.

Abramovich menjual klub sepak bola Chelsea yang disita dua minggu lalu oleh otoritas Inggris masih berlangsung. Juru bicara pemerintah Turki dan Abramovich tidak segera menanggapi permintaan CNBC untuk berkomentar.

Di Luar Lingkup Sanksi

Sementara itu lingkungan yang akomodatif berarti kapal pesiar mewah itu untuk sementara terhindar dari penyitaan selama mereka tetap berada di perairan Turki.

Hal ini kontras dengan penangkapan cepat kapal pesiar oligarki lainnya, termasuk kapal pesiar mewah milik miliarder, Alexei Mordashov setinggi 213 kaki di Italia dan kapal pesiar Igor Sechin setinggi 280 kaki di Prancis dalam beberapa pekan terakhir.

Namun, Maltby mencatat, bahwa beberapa kapal pesiar yang ditempatkan di perairan netral belum melanggar konvensi hukum internasional, yang dapat membuat mereka ditahan karena alasan lain.

Misalnya, masyarakat klasifikasi Lloyd mengumumkan dua minggu lalu bahwa mereka tidak akan lagi memberikan layanan kepada kapal-kapal Rusia, sementara registri kapal Isle of Man mengatakan akan deregister kapal pesiar tertentu.

"Pengumuman baru-baru ini oleh badan pengatur tertentu ...Berarti bahwa beberapa kapal pesiar semacam itu mungkin tidak aman dan atau tidak diasuransikan oleh otoritas pelabuhan non-UE, Inggris atau AS dan dapat ditahan atas dasar ini," kata Maltby.

Sementara itu, kru dan pekerja perbaikan sebagai protes terhadap perang dan takut akan risiko reputasi mereka mungkin enggan untuk terlibat dalam pekerjaan operasional dan pemeliharaan yang diperlukan dari kapal-kapal mewah yang begitu besar.

"Saat Turki belum menerapkan sanksi, perusahaan pemeliharaan dan pasokan sekarang mungkin menginginkan pembayaran di muka tidak seperti biasanya. Apakah dan seberapa cepat pembayaran tersebut dapat dilakukan masih harus dilihat," kata Maltby.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More