Mobil Listrik Sarana Mencapai NDC 2030 dan Net Zero Emission 2060
Sabtu, 02 April 2022 - 06:06 WIB
JAKARTA - Pemerintah telah berkomitmen dalam pengurangan emisi melalui ratifikasi Perjanjian Paris yang tercermin dalam UU No 16/2016. Dalam perjanjian tersebut, Indonesia diharuskan untuk menguraikan dan mengkomunikasikan aksi dalam ketahanan iklim pasca 2020 yang dalam dokumen kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC).
Dalam dokumen NDC tersebut, Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030. Selain komitmen dalam NDC, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
"Untuk mencapai target tersebut tidak mudah dan dibutuhkan upaya serta komitmen yang kuat dari Pemerintah Indonesia," ungkap Direktur Executive Energy Watch dalam keterangan tertulisnya, Jum'at (1/4/2022).
Mamit mengatakan, salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah meningkatkan populasi mobil listrik di Indonesia. Melalui peningkatkan penggunaan mobil listrik, jelas dia, akan tercipta beberapa hal yang menguntungkan bagi Indonesia.
"Melalui peningkatan populasi mobil listrik, kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Jika tidak ada upaya untuk mengurangi populasi mobil konvensional, maka sektor transportasi akan menyumbang sebesar 0,28 miliar tCO2e/tahun dan 0,86 miliar tCO2e/tahun pada 2060," ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan 1 liter bahan bakar minyak (BBM) dengan jarak tempuh 10 km, maka akan dihasilkan sebanyak 2,6 kg CO2. Sedangkan untuk 1 kWh mobil listrik dengan jarak tempuh 10 km, hanya dihasilkan 1,27 kg CO2.
"Selain dari emisi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit, biaya yang dikeluarkan untuk 1 kWh hanya sebesar Rp1.500. Sementara, 1 liter BBM seharga Rp12.500. Jadi, harganya lebih murah dan masyarakat bisa lebih berhemat," tuturnya.
Mamit menjelaskan manfaat lain dari peningkatan populasi mobil listrik, yaitu mengurangi impor BBM yang saat ini jumlahnya sangat signifikan. "Dengan meningkatnya mobil listrik, kita bisa menekan impor BBM baik itu produk maupun minyak," jelasnya.
Dalam dokumen NDC tersebut, Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030. Selain komitmen dalam NDC, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
"Untuk mencapai target tersebut tidak mudah dan dibutuhkan upaya serta komitmen yang kuat dari Pemerintah Indonesia," ungkap Direktur Executive Energy Watch dalam keterangan tertulisnya, Jum'at (1/4/2022).
Mamit mengatakan, salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah meningkatkan populasi mobil listrik di Indonesia. Melalui peningkatkan penggunaan mobil listrik, jelas dia, akan tercipta beberapa hal yang menguntungkan bagi Indonesia.
"Melalui peningkatan populasi mobil listrik, kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Jika tidak ada upaya untuk mengurangi populasi mobil konvensional, maka sektor transportasi akan menyumbang sebesar 0,28 miliar tCO2e/tahun dan 0,86 miliar tCO2e/tahun pada 2060," ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan 1 liter bahan bakar minyak (BBM) dengan jarak tempuh 10 km, maka akan dihasilkan sebanyak 2,6 kg CO2. Sedangkan untuk 1 kWh mobil listrik dengan jarak tempuh 10 km, hanya dihasilkan 1,27 kg CO2.
"Selain dari emisi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit, biaya yang dikeluarkan untuk 1 kWh hanya sebesar Rp1.500. Sementara, 1 liter BBM seharga Rp12.500. Jadi, harganya lebih murah dan masyarakat bisa lebih berhemat," tuturnya.
Mamit menjelaskan manfaat lain dari peningkatan populasi mobil listrik, yaitu mengurangi impor BBM yang saat ini jumlahnya sangat signifikan. "Dengan meningkatnya mobil listrik, kita bisa menekan impor BBM baik itu produk maupun minyak," jelasnya.
tulis komentar anda