Harga Minyak Dunia Ambruk 2% di Tengah Lonjakan Kasus Baru Corona
Kamis, 18 Juni 2020 - 09:46 WIB
MELBOURNE - Harga minyak mentah dunia ambruk hampir sekitar 2% pada perdagangan, Kamis (18/6/2020) di tengah kekhawatiran lonjakan kasus baru infeksi virus corona di China dan Amerika Serikat (AS) bisa membuat banyak orang kembali tinggal di rumah. Apabila kondisi itu terjadi, maka bakal menunda pemulihan dalam permintaan bahan bakar bahkan saat pelonggaran lockdowns.
Harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) jatuh sebesar 2,1% atau 80 sen untuk menyentu level USD37,16 per barel, untuk memperbesar tren kehilangan 42 sen pada hari Rabu, kemarin. Harga minyak mentah berjangka, Brent yang menjadi patokan Internasional mengalami kemerosotan 1,5% yang setara 61 sen menjadi USD40,10/barel.
Kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang sulit untuk kembali pulih mencuat setelah lonjakan kasus virus corona di Beijing membuat beberapa penerbangan dibatalkan dan sekolah ditutup. Sementara di beberapa negara bagian AS, termasuk Texas, Florida dan California juga melaporkan peningkatan tajam dalam kasus baru Corona.
Di sisi lain stok minyak mentah AS naik ke rekor tinggi untuk minggu kedua berturut-turut juga menjadi sentimen yang jadi pertimbangan para pelaku pasar. Meskipun data pemerintah AS menunjukkan persediaan bensin dan distilat, yang meliputi diesel dan minyak pemanas melemah.
"Banyak orang prihatin tentang virus corona yang muncul kembali di China dan stok minyak mentah naik," kata Lachlan Shaw, kepala riset komoditas di National Australia Bank.
Sementara harga jatuh yang cenderung bertahan di kisaran USD35 hingga USD40 sejauh ini pada bulan Juni, dengan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya yang disebut OPEC + menjanjikan pemangkasan produksi dalam jumlah besar. OPEC + sesuai dengan komitmen pemotongan produksi pada bulan Mei adalah 87%, seperti disampaikan dua sumber OPEC + pada hari Rabu.
Harga minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate (WTI) jatuh sebesar 2,1% atau 80 sen untuk menyentu level USD37,16 per barel, untuk memperbesar tren kehilangan 42 sen pada hari Rabu, kemarin. Harga minyak mentah berjangka, Brent yang menjadi patokan Internasional mengalami kemerosotan 1,5% yang setara 61 sen menjadi USD40,10/barel.
Kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar yang sulit untuk kembali pulih mencuat setelah lonjakan kasus virus corona di Beijing membuat beberapa penerbangan dibatalkan dan sekolah ditutup. Sementara di beberapa negara bagian AS, termasuk Texas, Florida dan California juga melaporkan peningkatan tajam dalam kasus baru Corona.
Di sisi lain stok minyak mentah AS naik ke rekor tinggi untuk minggu kedua berturut-turut juga menjadi sentimen yang jadi pertimbangan para pelaku pasar. Meskipun data pemerintah AS menunjukkan persediaan bensin dan distilat, yang meliputi diesel dan minyak pemanas melemah.
"Banyak orang prihatin tentang virus corona yang muncul kembali di China dan stok minyak mentah naik," kata Lachlan Shaw, kepala riset komoditas di National Australia Bank.
Sementara harga jatuh yang cenderung bertahan di kisaran USD35 hingga USD40 sejauh ini pada bulan Juni, dengan organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya yang disebut OPEC + menjanjikan pemangkasan produksi dalam jumlah besar. OPEC + sesuai dengan komitmen pemotongan produksi pada bulan Mei adalah 87%, seperti disampaikan dua sumber OPEC + pada hari Rabu.
(akr)
tulis komentar anda