Berkah Pandemi, Indonesia Berpeluang Besar Jadi Lokomotif Industri Digital
Jum'at, 08 April 2022 - 22:23 WIB
JAKARTA - Indonesia berpotensi menjadi lokomotif industri digital global yang didorong oleh besarnya jumlah penduduk serta tinggi pengguna internet di Tanah Air. Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020 menyebutkan 197 juta atau 74% dari penduduk Indonesia tersambung ke Internet.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 95% pengguna internet tadi mengaku terhubung internet setiap hari dan 20% di antaranya itu terhubungnya lebih dari 8 jam sehari," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertajuk "Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia" dikutip Jumat (8/4/2022).
Menurut Tirta, tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19.
"Covid-19 telah memaksa kita berubah dalam berinteraksi dengan sesama, intensitas pertemuan fisik jadi terbatas, dan digitalisasi menjadi opsi dalam model bisnis baru," kata dia.
Fenomena tersebut kemudian mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam rangka mempertahankan eksistensinya serta memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih efisien dan tatap aman, cepat, serta mengedepankan faktor kesehatan atau keselamatan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.
Senada yang dikatakan Tirta, Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero), Teguh Wahyono mengungkapkan, untuk beradaptasi pihaknya melakukan inovasi dan kolaborasi digital dengan sejumlah fintech P2P lending dan e-commerce untuk produk pembiayaan dan penjualan emas.
"Di era digital, kompetisi sudah tidak relevan lagi. Jadi fintech yang dulu katanya disrupsi sekarang kami berkolaborasi, salah satunya dengan digital lending ini. Jadi mereka di depan dan di belakangnya tetap kita atau mereka punya teknologi. Kami kerja sama mengadopsi teknologi itu. Ini memang digital inovasi, digital kolaborasi sesuatu yang real yang betul-betul kita laksanakan," paparnya.
Namun, kembali lagi, Tirta mengingatkan, pesatnya kemajuan digital ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi kehadirannya sangat bermanfaat, tetapi di sisi lain juga berbahaya bagi masyarakat. Hal ini lantaran masih rendahnya tingkat literasi keuangan maupun tingkat literasi digital di masyarakat.
"Selain itu masih belum meratanya infrastruktur digital di seluruh daerah di indonesia juga menjadi salah satu agenda transformasi digital di Indonesia," pungkasnya.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 95% pengguna internet tadi mengaku terhubung internet setiap hari dan 20% di antaranya itu terhubungnya lebih dari 8 jam sehari," ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam webinar bertajuk "Keuangan Digital Kian Canggih: Mengukur Literasi Keuangan dan Infrastruktur Digital di Indonesia" dikutip Jumat (8/4/2022).
Menurut Tirta, tingginya penetrasi internet itu sebagai dorongan dari dalam, sementara itu untuk dorongan dari luar berasal dari pandemi Covid-19.
"Covid-19 telah memaksa kita berubah dalam berinteraksi dengan sesama, intensitas pertemuan fisik jadi terbatas, dan digitalisasi menjadi opsi dalam model bisnis baru," kata dia.
Fenomena tersebut kemudian mendorong lembaga keuangan untuk beradaptasi dalam rangka mempertahankan eksistensinya serta memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih efisien dan tatap aman, cepat, serta mengedepankan faktor kesehatan atau keselamatan diri di tengah situasi pandemi Covid-19.
Senada yang dikatakan Tirta, Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero), Teguh Wahyono mengungkapkan, untuk beradaptasi pihaknya melakukan inovasi dan kolaborasi digital dengan sejumlah fintech P2P lending dan e-commerce untuk produk pembiayaan dan penjualan emas.
"Di era digital, kompetisi sudah tidak relevan lagi. Jadi fintech yang dulu katanya disrupsi sekarang kami berkolaborasi, salah satunya dengan digital lending ini. Jadi mereka di depan dan di belakangnya tetap kita atau mereka punya teknologi. Kami kerja sama mengadopsi teknologi itu. Ini memang digital inovasi, digital kolaborasi sesuatu yang real yang betul-betul kita laksanakan," paparnya.
Namun, kembali lagi, Tirta mengingatkan, pesatnya kemajuan digital ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi kehadirannya sangat bermanfaat, tetapi di sisi lain juga berbahaya bagi masyarakat. Hal ini lantaran masih rendahnya tingkat literasi keuangan maupun tingkat literasi digital di masyarakat.
"Selain itu masih belum meratanya infrastruktur digital di seluruh daerah di indonesia juga menjadi salah satu agenda transformasi digital di Indonesia," pungkasnya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda