Mampukah Larangan Ekspor Komponen Elektronik Menggerus Kekuatan Militer Rusia?
Senin, 02 Mei 2022 - 09:48 WIB
Putin dan penasihatnya disebut salah perhitungan dengan merencanakan kampanye militer cepat untuk menghapus pemerintah terpilih Ukraina. Hal itu telah membuat Rusia dan tentaranya terkejut yang disebut telah kehilangan setidaknya seperempat dari kekuatan tempurnya.
Konsekuensi lain adalah bahwa Rusia pasti berebut untuk menemukan komponen asing yang dibutuhkan untuk membangun kembali persediaan senjata utama. Rusia tidak bisa membeli peralatan itu langsung dari perusahaan yang membuatnya, seiring sanksi yang diterapkan.
Sebaliknya, Rusia kemungkinan mencari komponen melalui sumber pihak ketiga atau pasar gelap, atau bahkan pencurian. Pemerintah Barat kemungkinan mencoba untuk menggagalkan hal tersebut.
Tidak Ada Tanda Perang Bakal Berakhir
Tema populer yang mencuat adalah bahwa Putin menginginkan semacam kemenangan yang digembar-gemborkan sebagai "Hari Kemenangan" Rusia pada 9 Mei. Tetapi kemungkinannya diperkirakan sangat kecil.
Pada kenyataannya, perang militer dan ekonomi secara bersamaan kemungkinan akan berlangsung selama berbulan-bulan, atau bahkan lebih lama. Eropa mulai merencanakan mengurangi ketergantungan energi Rusia pada musim dingin mendatang.
Inti dari embargo bertahap pada minyak Rusia adalah untuk menekan Putin selama beberapa minggu dan bulan. Putin pada bagiannya, telah memberikan tanda-tanda dia sedang mempersiapkan publik Rusia yang dapat mencakup wajib militer baru untuk membantu menggantikan tentara yang sekarat dan terluka di Ukraina. Mungkin kita akan tahu hasilnya pada 9 Mei 2023.
Pasar mungkin tidak siap untuk perang ekonomi yang semakin intensif antara Rusia dan sebagian besar dunia. Harga energi melonjak dan saham turun setelah Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi pasar sejak saat itu bergerak stabil.
Di Amerika Serikat, para pelaku pasar sekali lagi lebih memperhatikan data inflasi dan Federal Reserve daripada ke hotspot geopolitik. Institute for International Finance memperkirakan bahwa harga minyak bisa mencapai USD200 per barel jika ada embargo penuh dan efektif berlaku pada minyak Rusia.
Sebelumnya pembatasan global pada ekspor ke Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina telah menutup pembuat mobil, menghentikan pekerjaan pada tank dan memotong akses pembuat komputer Rusia ke sirkuit yang digunakan dalam peralatan komunikasi. Hal itu diungkapkan seorang pejabat dari Amerika Serikat (AS).
Konsekuensi lain adalah bahwa Rusia pasti berebut untuk menemukan komponen asing yang dibutuhkan untuk membangun kembali persediaan senjata utama. Rusia tidak bisa membeli peralatan itu langsung dari perusahaan yang membuatnya, seiring sanksi yang diterapkan.
Sebaliknya, Rusia kemungkinan mencari komponen melalui sumber pihak ketiga atau pasar gelap, atau bahkan pencurian. Pemerintah Barat kemungkinan mencoba untuk menggagalkan hal tersebut.
Tidak Ada Tanda Perang Bakal Berakhir
Tema populer yang mencuat adalah bahwa Putin menginginkan semacam kemenangan yang digembar-gemborkan sebagai "Hari Kemenangan" Rusia pada 9 Mei. Tetapi kemungkinannya diperkirakan sangat kecil.
Pada kenyataannya, perang militer dan ekonomi secara bersamaan kemungkinan akan berlangsung selama berbulan-bulan, atau bahkan lebih lama. Eropa mulai merencanakan mengurangi ketergantungan energi Rusia pada musim dingin mendatang.
Inti dari embargo bertahap pada minyak Rusia adalah untuk menekan Putin selama beberapa minggu dan bulan. Putin pada bagiannya, telah memberikan tanda-tanda dia sedang mempersiapkan publik Rusia yang dapat mencakup wajib militer baru untuk membantu menggantikan tentara yang sekarat dan terluka di Ukraina. Mungkin kita akan tahu hasilnya pada 9 Mei 2023.
Pasar mungkin tidak siap untuk perang ekonomi yang semakin intensif antara Rusia dan sebagian besar dunia. Harga energi melonjak dan saham turun setelah Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi pasar sejak saat itu bergerak stabil.
Di Amerika Serikat, para pelaku pasar sekali lagi lebih memperhatikan data inflasi dan Federal Reserve daripada ke hotspot geopolitik. Institute for International Finance memperkirakan bahwa harga minyak bisa mencapai USD200 per barel jika ada embargo penuh dan efektif berlaku pada minyak Rusia.
Sebelumnya pembatasan global pada ekspor ke Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina telah menutup pembuat mobil, menghentikan pekerjaan pada tank dan memotong akses pembuat komputer Rusia ke sirkuit yang digunakan dalam peralatan komunikasi. Hal itu diungkapkan seorang pejabat dari Amerika Serikat (AS).
Lihat Juga :
tulis komentar anda