Anggaran Menyusut, Menperin Akui Susah Tingkakan Daya Saing
Selasa, 23 Juni 2020 - 11:48 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mengajukan anggaran untuk tahun 2021. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengatakan pagu anggaran di 2021 menyusut 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Anggaran yang menyusut bisa membuat daya saing industri akan lebih kecil dibandingkan lainnnya.
"Karena jika dibandingkan antara APBN Kemenperin tahun 2020 dan pagu indikatif tahun 2021, ada penurunan sebesar 12% dimana APBN kemenperin tahun 2020 sebesar Rp2,952 triliun dan sekarang pagu indikatifnya sebesar Rp2,596 triliun," kata Agus di Jakarta, Selasa (23/6/2020). (Baca juga : Kemenperin Minta Tambahan Anggaran Rp3,4 T di 2021 )
Dia melanjutkan, dengan komposisi anggaran yang tercermin pada pagu indikatif 2021, maka upaya untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri bisa jadi terkendala. Padahal, industri bisa tumbuh lebih cepat agar bisa memberikan kontribusi terbesar. "Kita lihat masih sangat-sangat terbatas, sangat kecil," jelasnya.
Dia menambahkan, utilisasi industri sebelum Covid-19 hadir di Indonesia rata-rata mencapai 75%. Namun, setelah Covid-19 hadir di Indonesia rata-rata utilisasi industri itu menjadi 40-45%.
"Jadi kita bisa lihat betapa tertekannya industri manufaktur. Memang manufaktur bukan satu-satunya sektor yang tertekan, tapi kontribusinya terbesar bagi PDB," tegasnya.
"Karena jika dibandingkan antara APBN Kemenperin tahun 2020 dan pagu indikatif tahun 2021, ada penurunan sebesar 12% dimana APBN kemenperin tahun 2020 sebesar Rp2,952 triliun dan sekarang pagu indikatifnya sebesar Rp2,596 triliun," kata Agus di Jakarta, Selasa (23/6/2020). (Baca juga : Kemenperin Minta Tambahan Anggaran Rp3,4 T di 2021 )
Dia melanjutkan, dengan komposisi anggaran yang tercermin pada pagu indikatif 2021, maka upaya untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah industri bisa jadi terkendala. Padahal, industri bisa tumbuh lebih cepat agar bisa memberikan kontribusi terbesar. "Kita lihat masih sangat-sangat terbatas, sangat kecil," jelasnya.
Dia menambahkan, utilisasi industri sebelum Covid-19 hadir di Indonesia rata-rata mencapai 75%. Namun, setelah Covid-19 hadir di Indonesia rata-rata utilisasi industri itu menjadi 40-45%.
"Jadi kita bisa lihat betapa tertekannya industri manufaktur. Memang manufaktur bukan satu-satunya sektor yang tertekan, tapi kontribusinya terbesar bagi PDB," tegasnya.
(ind)
tulis komentar anda