Digempur Suku Bunga The Fed, Rupiah Bisa Sentuh Rp15.000 per USD
Senin, 20 Juni 2022 - 10:11 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi semakin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Level psikologis Rp15.000 per USD kian dekat.
Pada perdagangan Jumat (17/6/2022) sore, rupiah melemah 57 poin ke level Rp14.824 dari penutupan sebelumnya di Rp14.767. Rupiah sepekan rontok setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 1,5% - 1,75%, dan akan lebih agresif lagi di tahun ini guna meredam inflasi.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, sentimen yang terus memengaruhi rupiah adalah kebijakan The Fed yang akan melanjutkan agresivitasnya menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi. Kebijakan itu akan menciptakan pelarian modal di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Dolar AS telah didukung oleh bantuan ganda dari sikap hawkish The Fed dan goyangan dalam ekonomi global. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kondisi ini sedang bersiap untuk pembalikan, kemungkinan menandakan dolar akan bergerak lebih jauh.
Hal itu berdampak terhadap imbal hasil treasury AS 10-tahun menguat setelah penurunan tajam pada hari Kamis (16/6/2022).
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,75% pada hari Rabu (15/6/2022) dan menetapkan jalur untuk kenaikan suku bunga yang jauh lebih curam. Bank sentral sekarang memperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 1,5% lagi, atau 150 basis poin, menjadi sekitar 3,4% pada akhir tahun.
"Hasil tersebut jauh lebih curam daripada proyeksi The Fed sebelumnya di bulan Maret, ketika suku bunga bergerak ke sekitar 1,9% pada akhir tahun," kata Edwin.
Secara teknikal, rupiah akhirnya menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp14.730 yang merupakan fibonacci retracement 61,8% pada Rabu (15/6/2022). Fibonacci retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp13.565 dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp16.620. Rupiah kini semakin menjauhi level tersebut, yang memberikan tekanan semakin besar.
Pada perdagangan Jumat (17/6/2022) sore, rupiah melemah 57 poin ke level Rp14.824 dari penutupan sebelumnya di Rp14.767. Rupiah sepekan rontok setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke 1,5% - 1,75%, dan akan lebih agresif lagi di tahun ini guna meredam inflasi.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, sentimen yang terus memengaruhi rupiah adalah kebijakan The Fed yang akan melanjutkan agresivitasnya menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi. Kebijakan itu akan menciptakan pelarian modal di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Di sisi lain, Dolar AS telah didukung oleh bantuan ganda dari sikap hawkish The Fed dan goyangan dalam ekonomi global. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kondisi ini sedang bersiap untuk pembalikan, kemungkinan menandakan dolar akan bergerak lebih jauh.
Hal itu berdampak terhadap imbal hasil treasury AS 10-tahun menguat setelah penurunan tajam pada hari Kamis (16/6/2022).
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 0,75% pada hari Rabu (15/6/2022) dan menetapkan jalur untuk kenaikan suku bunga yang jauh lebih curam. Bank sentral sekarang memperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 1,5% lagi, atau 150 basis poin, menjadi sekitar 3,4% pada akhir tahun.
"Hasil tersebut jauh lebih curam daripada proyeksi The Fed sebelumnya di bulan Maret, ketika suku bunga bergerak ke sekitar 1,9% pada akhir tahun," kata Edwin.
Secara teknikal, rupiah akhirnya menembus ke atas resisten kuat di kisaran Rp14.730 yang merupakan fibonacci retracement 61,8% pada Rabu (15/6/2022). Fibonacci retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp13.565 dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp16.620. Rupiah kini semakin menjauhi level tersebut, yang memberikan tekanan semakin besar.
tulis komentar anda