Tren Suku Bunga Naik, Moduit: Investasi Reksadana Masih Menarik
Rabu, 22 Juni 2022 - 16:10 WIB
JAKARTA - Masalah geopolitik yang berkepanjangan antara Rusia-Ukraina membawa dampak pada kenaikan harga energi dan pangan. Kondisi tadi telah mengerek tingkat inflasi global.
Sebagai upaya pengendalian inflasi sejumlah negara telah menaikan suku bunga acuan. Pada awal Mei 2022, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps). Langkah ini belum berhenti, kenaikan suku bunga The Fed bahkan bisa lebih agresif seiring terus melesatnya angka inflasi negeri Paman Sam yang mencapai angka 8,6%.
(Baca juga:Pemerintah Terbitkan SBN Ritel, Moduit Ajak Masyarakat Investasi dan Berkontribusi untuk Negeri)
Langkah The Fed itu tampaknya akan diikuti bank-bank sentral dunia, seperti halnya European Central Bank. Dalam sebuah pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde menyampaikan bakal mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Juli 2022. Kalau ini terjadi maka periode pelonggaran moneter Eropa yang terjadi dalam 10 tahun terakhir akan berakhir.
Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate pada level 3,5% lantaran posisi rupiah dan infasi dinilai masih stabil. Namun sejumlah ekonom memperkirakan BI pun bakal segera menaikan suku bunga acuan. Sebab bila tidak dilakukan berpotensi mempengaruhi nilai tukar maupun aliran dana asing (capital outflow).
(Baca juga:Marak Investasi Bodong, Moduit Berikan Pengetahuan tentang Investasi)
Sentimen kenaikan suku bunga biasanya sangat berkolerasi dengan kinerja instrumen investasi portofolio, termasuk reksadana . Untuk itu para investor disarankan untuk mencermati perkembangan kenaikan suku bunga sebelum melakukan alokasi investasi.
Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto mengatakan aset investasi obligasi lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Namun real yield (selisih imbal hasil terhadap inflasi) obligasi Indonesia saat ini masih jauh lebih menarik daripada negara maju atau berkembang lainnya, sehingga masih menarik.
(Baca juga:Moduit Ajak Masyarakat Bijak Manfaatkan Uang THR)
Sebagai upaya pengendalian inflasi sejumlah negara telah menaikan suku bunga acuan. Pada awal Mei 2022, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps). Langkah ini belum berhenti, kenaikan suku bunga The Fed bahkan bisa lebih agresif seiring terus melesatnya angka inflasi negeri Paman Sam yang mencapai angka 8,6%.
(Baca juga:Pemerintah Terbitkan SBN Ritel, Moduit Ajak Masyarakat Investasi dan Berkontribusi untuk Negeri)
Langkah The Fed itu tampaknya akan diikuti bank-bank sentral dunia, seperti halnya European Central Bank. Dalam sebuah pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde menyampaikan bakal mengerek suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Juli 2022. Kalau ini terjadi maka periode pelonggaran moneter Eropa yang terjadi dalam 10 tahun terakhir akan berakhir.
Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate pada level 3,5% lantaran posisi rupiah dan infasi dinilai masih stabil. Namun sejumlah ekonom memperkirakan BI pun bakal segera menaikan suku bunga acuan. Sebab bila tidak dilakukan berpotensi mempengaruhi nilai tukar maupun aliran dana asing (capital outflow).
(Baca juga:Marak Investasi Bodong, Moduit Berikan Pengetahuan tentang Investasi)
Sentimen kenaikan suku bunga biasanya sangat berkolerasi dengan kinerja instrumen investasi portofolio, termasuk reksadana . Untuk itu para investor disarankan untuk mencermati perkembangan kenaikan suku bunga sebelum melakukan alokasi investasi.
Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhy Purwanto mengatakan aset investasi obligasi lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Namun real yield (selisih imbal hasil terhadap inflasi) obligasi Indonesia saat ini masih jauh lebih menarik daripada negara maju atau berkembang lainnya, sehingga masih menarik.
(Baca juga:Moduit Ajak Masyarakat Bijak Manfaatkan Uang THR)
tulis komentar anda