Tertolong Ramadhan-Idul Fitri, Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Tumbuh 5,3% di Kuartal II 2022
Kamis, 23 Juni 2022 - 18:54 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, proyeksi ekonomi di kuartal II tahun 2022 masih ada di kisaran 4,8-5,3%. Adapun indikator utama pendorong pertumbuhan ekonomi adalah produksi dan konsumsi rumah tangga, yang memuncak saat momentum Ramadhan-Idul Fitri.
"Itu di kuartal kedua growth kita antara 4,8% dengan upper end-nya di 5,3%. Kita mungkin memperkirakan akan lebih mendekati angka 5% daripada lower bound-nya," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Menurut Sri Mulyani, pihaknya masih akan memantau perkembangan di bulan Juni ini dengan aktivitas yang masih sangat kuat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan lebih optimis pertumbuhan ekonomi di kuartal II masih akan sangat kuat.
Belanja pemerintah, lanjut Sri Mulyani, tidak lagi jadi aktor utama seperti pada 2020 dan 2021 saat pandemi masih ganas. Bahkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sekarang lebih berfungsi sebagai peredam atau shock absorber, khususnya untuk menjaga daya beli masyarakat berpendapatan rendah.
"Tren bagus dengan konsumsi meningkat, produksi meningkat, investasi tumbuh tinggi, dan ekspor tinggi. Ini menggembirakan, pertumbuhan ekonomi sekarang tidak tergantung dari APBN. Mesin ekonomi menyala di konsumsi dan ekspor," jelas Bendahara Negara itu.
"Itu di kuartal kedua growth kita antara 4,8% dengan upper end-nya di 5,3%. Kita mungkin memperkirakan akan lebih mendekati angka 5% daripada lower bound-nya," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Menurut Sri Mulyani, pihaknya masih akan memantau perkembangan di bulan Juni ini dengan aktivitas yang masih sangat kuat, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan lebih optimis pertumbuhan ekonomi di kuartal II masih akan sangat kuat.
Belanja pemerintah, lanjut Sri Mulyani, tidak lagi jadi aktor utama seperti pada 2020 dan 2021 saat pandemi masih ganas. Bahkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sekarang lebih berfungsi sebagai peredam atau shock absorber, khususnya untuk menjaga daya beli masyarakat berpendapatan rendah.
"Tren bagus dengan konsumsi meningkat, produksi meningkat, investasi tumbuh tinggi, dan ekspor tinggi. Ini menggembirakan, pertumbuhan ekonomi sekarang tidak tergantung dari APBN. Mesin ekonomi menyala di konsumsi dan ekspor," jelas Bendahara Negara itu.
(akr)
tulis komentar anda