APBN Surplus Rp132,2 Triliun di Akhir Mei, Sri Mulyani: Ini Luar Biasa
Jum'at, 24 Juni 2022 - 16:34 WIB
Sementara, realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp140,3 triliun atau mencapai 57,3% dari target Rp245 triliun didukung oleh bea masuk yang tumbuh 32,5% sebagai dampak membaiknya ekonomi nasional, serta kontribusi di sektor perdagangan dan pengolahan.
Tumbuhnya penerimaan kepabeanan dan cukai juga didorong pertumbuhan cukai sebesar 41,1% yang dipengaruhi efektivitas kebijakan cukai dan pengawasan. Bea keluar yang tumbuh 54,5% turut mendukung capaian penerimaan kepabeanan dan cukai seiring tingginya harga sekaligus meningkatnya volume ekspor tembaga dan bea keluar CPO yang tumbuh akibat tarif BK maksimal serta pengenaan BK pada produk turunannya.
Di sisi lain, PNBP sebesar Rp224,1 triliun telah mencapai 66,8% dari target APBN didukung oleh meningkatnya pendapatan semua komponen PNBP, kecuali pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yang menurun 23% atau 43,3% dari target APBN. Penurunan tersebut terjadi akibat berkurangnya pendapatan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit dan layanan pendidikan.
Sebagai penutup, Sri menekankan bahwa pemulihan ekonomi terjadi cukup kuat dan merata. Scarring effect juga sudah mulai disembuhkan. Selain itu, kenaikan komoditas global memberi tambahan pendapatan dan menciptakan kesehatan yang makin kuat dari APBN tahun 2022.
Sementara, perekonomian sudah semakin kuat dengan konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor yang menjadi motor pemulihan ekonomi.
“Sehingga APBN bisa konsolidasi dan berfungsi sebagai shock absorber. Saya berharap bahwa situasi yang baik masih bisa kita jaga walaupun kondisi global sangat sangat dinamis dan bahkan cenderung volatile. Kita akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi kita yang juga dipengaruhi oleh global dan juga dari sisi komposisi pertumbuhan ekonomi. Dan terakhir, kita juga berharap APBN kita juga akan semakin kuat dan makin sehat untuk kita bisa memasuki dan menjaga perekonomian kita,” pungkasnya.
Tumbuhnya penerimaan kepabeanan dan cukai juga didorong pertumbuhan cukai sebesar 41,1% yang dipengaruhi efektivitas kebijakan cukai dan pengawasan. Bea keluar yang tumbuh 54,5% turut mendukung capaian penerimaan kepabeanan dan cukai seiring tingginya harga sekaligus meningkatnya volume ekspor tembaga dan bea keluar CPO yang tumbuh akibat tarif BK maksimal serta pengenaan BK pada produk turunannya.
Di sisi lain, PNBP sebesar Rp224,1 triliun telah mencapai 66,8% dari target APBN didukung oleh meningkatnya pendapatan semua komponen PNBP, kecuali pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yang menurun 23% atau 43,3% dari target APBN. Penurunan tersebut terjadi akibat berkurangnya pendapatan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit dan layanan pendidikan.
Sebagai penutup, Sri menekankan bahwa pemulihan ekonomi terjadi cukup kuat dan merata. Scarring effect juga sudah mulai disembuhkan. Selain itu, kenaikan komoditas global memberi tambahan pendapatan dan menciptakan kesehatan yang makin kuat dari APBN tahun 2022.
Sementara, perekonomian sudah semakin kuat dengan konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor yang menjadi motor pemulihan ekonomi.
“Sehingga APBN bisa konsolidasi dan berfungsi sebagai shock absorber. Saya berharap bahwa situasi yang baik masih bisa kita jaga walaupun kondisi global sangat sangat dinamis dan bahkan cenderung volatile. Kita akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi kita yang juga dipengaruhi oleh global dan juga dari sisi komposisi pertumbuhan ekonomi. Dan terakhir, kita juga berharap APBN kita juga akan semakin kuat dan makin sehat untuk kita bisa memasuki dan menjaga perekonomian kita,” pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda