Pulihkan Ekonomi Saat Pandemi, Pemerintah Berbenah Sambut Investor Baru
Kamis, 25 Juni 2020 - 10:01 WIB
JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah giat berbenah untuk menangkap peluang investasi yang dapat menjadi satu di antara kunci untuk pemulihan ekonomi saat pandemi. Termasuk memaksimalkan kesempatan rencana perusahaan-perusahaan global yang akan merelokasi pabrik dan investasinya dari China ke negara Asia Tenggara.
Masuknya investasi tersebut diharapkan dapat memicu kembali pertumbuhan ekonomi yang tengah lesu akibat pandemi Covid-19. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dari data yang dirangkum oleh kementeriannya, sudah ada sekitar 150 perusahaan yang akan hengkang dari China. Sebanyak 110 perusahaan berasal dari Amerika Serikat dan 40 perusahaan lainnya berasal dari Jepang.
“Ini tentu sebuah potensi yang harus kita tangkap dan harus betul-betul siap. Negara ASEAN lainnya pasti berlomba-lomba menggelar karpet merah untuk 150 perusahaan itu, termasuk India dan Bangladesh,” ucap Agus di Jakarta baru-baru ini. (Baca: Investor China Siap Kucurkan Investasi USD 8 Miliar ke Proyek Kilang di Batam)
Menperin menyebutkan bahwa beberapa hal yang menjadi sorotan calon investor ketika ingin menanamkan modalnya di suatu negara antara lain persoalan lahan dan ketenagakerjaan. Dua hal itu tengah diatasi pemerintah melalui RUU Cipta Kerja. “Para calon investor sangat mengapresiasi RUU Cipta Kerja ini untuk menciptakan suasana investasi yang kondusif,” ujar Agus.
Sementara itu, peneliti ekonomi dari Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, relokasi investasi dari China ini harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk serius melakukan perbaikan berbagai kebijakan proinvestasi. “Investor sudah tahu Indonesia ibarat gadis cantik, tapi persoalannya adalah bagaimana minat investor untuk berinvestasi itu terealisasi. Minat investasi itu harus segera direspons stakeholder. Birokrasinya harus dibuat tidak berbelit dan memudahkan maupun memenuhi kebutuhan industri,” kata Enny. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Apalagi jika melihat data BKPM, realisasi penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia pada kuartal I/2020 mengalami penurunan hingga 9,2% dibandingkan kuartal I/2019. Investasi di sektor sekunder yang mencerminkan investasi di sektor manufaktur juga terus menurun. Padahal, di awal tahun sudah banyak perusahaan yang mulai merelokasi investasinya dari China. “Kalau tidak salah, ada sekitar 34 industri asal AS yang sudah shifting investasinya ke negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, dan beberapa negara lain. Tapi, tidak satu pun yang masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Karena itu, Enny menyarankan para pembuat kebijakan harus benar-benar menangani kendala-kendala utama di bidang investasi sehingga pada periode atau gelombang berikutnya Indonesia dapat menjadi satu di antara tujuan relokasi investasi dari China tersebut.
Dalam memikat investasi untuk masuk, kata Enny, tidak ada salahnya mencontoh negara lain. “Kalau itu bagus, kenapa kita tidak copy paste saja. Ini lebih kepada soal keinginan pemerintah, mau berubah atau tidak,” ujar Enny. (Baca juga: Kapal Perang AS Bersenjata Rudal Dekati Venezuela, Warning Bagi Maduro)
Pemerintah bisa mencontoh kebijakan yang diterapkan Vietnam dalam menarik investasi masuk ke negaranya. Pemerintah Vietnam memberikan kemudahan regulasi bagi investasi, biaya ekspor yang lebih efisien, hingga infrastruktur yang dipersiapkan untuk mendukung industri. (Rakhmat Baihaqi)
Masuknya investasi tersebut diharapkan dapat memicu kembali pertumbuhan ekonomi yang tengah lesu akibat pandemi Covid-19. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dari data yang dirangkum oleh kementeriannya, sudah ada sekitar 150 perusahaan yang akan hengkang dari China. Sebanyak 110 perusahaan berasal dari Amerika Serikat dan 40 perusahaan lainnya berasal dari Jepang.
“Ini tentu sebuah potensi yang harus kita tangkap dan harus betul-betul siap. Negara ASEAN lainnya pasti berlomba-lomba menggelar karpet merah untuk 150 perusahaan itu, termasuk India dan Bangladesh,” ucap Agus di Jakarta baru-baru ini. (Baca: Investor China Siap Kucurkan Investasi USD 8 Miliar ke Proyek Kilang di Batam)
Menperin menyebutkan bahwa beberapa hal yang menjadi sorotan calon investor ketika ingin menanamkan modalnya di suatu negara antara lain persoalan lahan dan ketenagakerjaan. Dua hal itu tengah diatasi pemerintah melalui RUU Cipta Kerja. “Para calon investor sangat mengapresiasi RUU Cipta Kerja ini untuk menciptakan suasana investasi yang kondusif,” ujar Agus.
Sementara itu, peneliti ekonomi dari Indef, Enny Sri Hartati mengatakan, relokasi investasi dari China ini harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk serius melakukan perbaikan berbagai kebijakan proinvestasi. “Investor sudah tahu Indonesia ibarat gadis cantik, tapi persoalannya adalah bagaimana minat investor untuk berinvestasi itu terealisasi. Minat investasi itu harus segera direspons stakeholder. Birokrasinya harus dibuat tidak berbelit dan memudahkan maupun memenuhi kebutuhan industri,” kata Enny. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)
Apalagi jika melihat data BKPM, realisasi penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia pada kuartal I/2020 mengalami penurunan hingga 9,2% dibandingkan kuartal I/2019. Investasi di sektor sekunder yang mencerminkan investasi di sektor manufaktur juga terus menurun. Padahal, di awal tahun sudah banyak perusahaan yang mulai merelokasi investasinya dari China. “Kalau tidak salah, ada sekitar 34 industri asal AS yang sudah shifting investasinya ke negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, dan beberapa negara lain. Tapi, tidak satu pun yang masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Karena itu, Enny menyarankan para pembuat kebijakan harus benar-benar menangani kendala-kendala utama di bidang investasi sehingga pada periode atau gelombang berikutnya Indonesia dapat menjadi satu di antara tujuan relokasi investasi dari China tersebut.
Dalam memikat investasi untuk masuk, kata Enny, tidak ada salahnya mencontoh negara lain. “Kalau itu bagus, kenapa kita tidak copy paste saja. Ini lebih kepada soal keinginan pemerintah, mau berubah atau tidak,” ujar Enny. (Baca juga: Kapal Perang AS Bersenjata Rudal Dekati Venezuela, Warning Bagi Maduro)
Pemerintah bisa mencontoh kebijakan yang diterapkan Vietnam dalam menarik investasi masuk ke negaranya. Pemerintah Vietnam memberikan kemudahan regulasi bagi investasi, biaya ekspor yang lebih efisien, hingga infrastruktur yang dipersiapkan untuk mendukung industri. (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)
tulis komentar anda