Minyak Diskon Rusia Sulit Ditandingi, Iran Ikutan Pangkas Harga Demi China
Rabu, 06 Juli 2022 - 11:27 WIB
TEHERAN - Iran terpaksa memberikan harga diskon buat minyak mentah nya yang bahkan sudah terbilang murah, demi mendapatkan pasar yang lebih besar di China. Sementara itu China telah menjadi tujuan penting bagi minyak Rusia karena Moskow berusaha mempertahankan arus ekspor mereka menyusul dampak dari invasinya ke Ukraina.
Hal itu menyebabkan meningkatnya persaingan dengan Iran di salah satu dari sedikit pasar yang tersisa untuk pengiriman minyak mentahnya, seiring pembatasan signifikan oleh sanksi Amerika Serikat (AS).
Ekspor Rusia ke China melonjak hingga sentug rekor pada bulan Mei, dengan produsen OPEC+ itu menyalip sekutu kartelnya Arab Saudi sebagai pemasok utama importir terbesar di dunia. Sementara Iran telah memangkas harga minyaknya agar tetap kompetitif di pasar China.
Iran terpantau masih mempertahankan aliran yang kuat, kemungkinan sebagian karena meningkatnya permintaan dari China seiring melonggarnya pembatasan Covid-19 yang telah menghantam konsumsi.
"Satu-satunya persaingan antara barel Iran dan Rusia mungkin berakhir di China, yang akan bekerja sepenuhnya untuk keuntungan Beijing," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura.
"Ini juga kemungkinan akan membuat produsen Teluk gelisah, melihat pasar berharga mereka diambil alih oleh minyak mentah dengan diskon besar-besaran," paparnya.
Data resmi China hanya mencantumkan tiga bulan impor dari Iran sejak akhir 2020, termasuk pada Januari dan Mei tahun ini, tetapi angka dari pihak ketiga menunjukkan aliran minyak mentah yang stabil. Setelah sedikit penurunan pada bulan April, impor telah lebih dari 700.000 barel per hari pada bulan Mei dan Juni, menurut Kpler.
Namun, konsultan industri FGE mengatakan ural Rusia telah menggusur beberapa barel Iran. Minyak Iran telah dihargai hampir USD10 per barel di bawah brent berjangka untuk menempatkannya setara dengan kargo Ural yang dijadwalkan tiba di China selama Agustus, menurut para pedagang.
Penyuling independen China adalah pembeli utama minyak mentah Rusia dan Iran, dan pasokan murah menjadi penting karena mereka dibatasi oleh aturan seputar ekspor bahan bakar, tidak seperti prosesor yang dikelola negara.
Dikenal sebagai teko, mereka tidak diberi kuota untuk mengirimkan bahan bakar ke pasar luar negeri, di mana harga telah melonjak karena krisis pasokan. Sebaliknya, mereka memasok pasar domestik dan telah mengalami kerugian pada penyulingan dalam beberapa bulan terakhir karena kebijakan Lockdown mengurangi permintaan.
Hal itu menyebabkan meningkatnya persaingan dengan Iran di salah satu dari sedikit pasar yang tersisa untuk pengiriman minyak mentahnya, seiring pembatasan signifikan oleh sanksi Amerika Serikat (AS).
Ekspor Rusia ke China melonjak hingga sentug rekor pada bulan Mei, dengan produsen OPEC+ itu menyalip sekutu kartelnya Arab Saudi sebagai pemasok utama importir terbesar di dunia. Sementara Iran telah memangkas harga minyaknya agar tetap kompetitif di pasar China.
Iran terpantau masih mempertahankan aliran yang kuat, kemungkinan sebagian karena meningkatnya permintaan dari China seiring melonggarnya pembatasan Covid-19 yang telah menghantam konsumsi.
"Satu-satunya persaingan antara barel Iran dan Rusia mungkin berakhir di China, yang akan bekerja sepenuhnya untuk keuntungan Beijing," kata Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura.
"Ini juga kemungkinan akan membuat produsen Teluk gelisah, melihat pasar berharga mereka diambil alih oleh minyak mentah dengan diskon besar-besaran," paparnya.
Data resmi China hanya mencantumkan tiga bulan impor dari Iran sejak akhir 2020, termasuk pada Januari dan Mei tahun ini, tetapi angka dari pihak ketiga menunjukkan aliran minyak mentah yang stabil. Setelah sedikit penurunan pada bulan April, impor telah lebih dari 700.000 barel per hari pada bulan Mei dan Juni, menurut Kpler.
Namun, konsultan industri FGE mengatakan ural Rusia telah menggusur beberapa barel Iran. Minyak Iran telah dihargai hampir USD10 per barel di bawah brent berjangka untuk menempatkannya setara dengan kargo Ural yang dijadwalkan tiba di China selama Agustus, menurut para pedagang.
Penyuling independen China adalah pembeli utama minyak mentah Rusia dan Iran, dan pasokan murah menjadi penting karena mereka dibatasi oleh aturan seputar ekspor bahan bakar, tidak seperti prosesor yang dikelola negara.
Dikenal sebagai teko, mereka tidak diberi kuota untuk mengirimkan bahan bakar ke pasar luar negeri, di mana harga telah melonjak karena krisis pasokan. Sebaliknya, mereka memasok pasar domestik dan telah mengalami kerugian pada penyulingan dalam beberapa bulan terakhir karena kebijakan Lockdown mengurangi permintaan.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda