Efek Cabai Mahal, Emak-emak Kini Beli Gocengan Bukan Kiloan
Selasa, 12 Juli 2022 - 14:34 WIB
BEKASI - Kenaikan harga cabai yang sempat tembus Rp130 ribu per kilogram menggerus pendapatan pedagang pasar . Sebab konsumen khususnya emak-emak yang biasa membeli kiloan, kini hanya membeli goceng atau Rp5.000 saja berdasarkan pantauan MNC Portal Indonesia hari ini di Pasar Mangunjaya, Bekasi.
"Bang beli cabai rawit, goceng aja," begitu ucapan para pembeli setiap datang ke lapak Maman yang merupakan pedagang di pasar Mangunjaya, Selasa (12/7/2022).
Maman pun tanpa ragu melayani para pembeli yang hanya meminta cabe rawit seharga Rp 5 ribu itu. Saat berbincang dengan MNC Portal Indonesia, Maman bercerita, saat ini ibu rumah tangga tak lagi membeli cabai kiloan. Hal itu lantaran harga cabai yang meroket hingga tembus Rp130 ribu/kg.
"Pas Idul Adha dan setelahnya aja harga tetap sama Rp 130 ribu sekilo. Kalau cabai rawit hijau sekarang di banderol Rp100 ribu/kg. Kemarin-kemarin masih di jual Rp90 ribu/kg. Kemudian cabai rawit keriting dan cabai merah besar (TW) harganya sama, Rp 130 ribu/kg," terang Maman.
"Itu yang bikin emak-emak sekarang kalau beli maunya goceng (Rp 5 ribu) aja," jelasnya.
Maman menuturkan, semenjak harga cabai yang melambung, kini ia tidak bisa menjual seharga Rp 3 ribu. Padahal, kata dia, dulu membeli cabai seharga Rp 3 ribu masih bisa di dapat.
"Dulu beli Rp 3 ribu bisa. Sekarang boro-boro. Bisa beli Rp 5 ribu aja dah Alhamdullilah. Aturan tuh minimal Rp 7 ribu. Tapi sekarang makin banyak aja ibu-ibu beli Rp 5 ribu," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia membeberkan, harga cabai di Pasar Induk Cibitung juga sudah melambung, rata-rata sudah di atas R 100 ribu/kg. Maka dari itu, karena ia tak mau alami kerugian, belakangan ini Maman hanya membeli 15-20 kg sehari. Padahal sebelumnya ia selalu membeli 30 kg sehari untuk di jual di pasar.
"Di Pasar Induk Cibitungnya saja sudah di atas Rp 100 ribuan semua per kilonya. Mahal banget kan. Karena itu saya jadinya mengurangi stok. Biasanya beli 30 kg sekarang palingan 15-20 kg. Itu pun kadang habis kadang enggak dalam sehari," tuturnya.
Menurut Maman, naiknya harga komoditas tersebut lantaran para petani mengalami gagal panen. Selain itu karena adanya beban ongkos kirim yang mengalami kenaikan, sehingga berimbas pada harga akhir di konsumen.
"Bang beli cabai rawit, goceng aja," begitu ucapan para pembeli setiap datang ke lapak Maman yang merupakan pedagang di pasar Mangunjaya, Selasa (12/7/2022).
Maman pun tanpa ragu melayani para pembeli yang hanya meminta cabe rawit seharga Rp 5 ribu itu. Saat berbincang dengan MNC Portal Indonesia, Maman bercerita, saat ini ibu rumah tangga tak lagi membeli cabai kiloan. Hal itu lantaran harga cabai yang meroket hingga tembus Rp130 ribu/kg.
"Pas Idul Adha dan setelahnya aja harga tetap sama Rp 130 ribu sekilo. Kalau cabai rawit hijau sekarang di banderol Rp100 ribu/kg. Kemarin-kemarin masih di jual Rp90 ribu/kg. Kemudian cabai rawit keriting dan cabai merah besar (TW) harganya sama, Rp 130 ribu/kg," terang Maman.
"Itu yang bikin emak-emak sekarang kalau beli maunya goceng (Rp 5 ribu) aja," jelasnya.
Maman menuturkan, semenjak harga cabai yang melambung, kini ia tidak bisa menjual seharga Rp 3 ribu. Padahal, kata dia, dulu membeli cabai seharga Rp 3 ribu masih bisa di dapat.
"Dulu beli Rp 3 ribu bisa. Sekarang boro-boro. Bisa beli Rp 5 ribu aja dah Alhamdullilah. Aturan tuh minimal Rp 7 ribu. Tapi sekarang makin banyak aja ibu-ibu beli Rp 5 ribu," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia membeberkan, harga cabai di Pasar Induk Cibitung juga sudah melambung, rata-rata sudah di atas R 100 ribu/kg. Maka dari itu, karena ia tak mau alami kerugian, belakangan ini Maman hanya membeli 15-20 kg sehari. Padahal sebelumnya ia selalu membeli 30 kg sehari untuk di jual di pasar.
"Di Pasar Induk Cibitungnya saja sudah di atas Rp 100 ribuan semua per kilonya. Mahal banget kan. Karena itu saya jadinya mengurangi stok. Biasanya beli 30 kg sekarang palingan 15-20 kg. Itu pun kadang habis kadang enggak dalam sehari," tuturnya.
Menurut Maman, naiknya harga komoditas tersebut lantaran para petani mengalami gagal panen. Selain itu karena adanya beban ongkos kirim yang mengalami kenaikan, sehingga berimbas pada harga akhir di konsumen.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda