Curhat Soal Kebijakan Responsif di Awal Pandemi, Sri Mulyani: Jadi Bahan Tertawaan
Jum'at, 05 Agustus 2022 - 18:14 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat curhat soal sindiran pengamat yang ditujukan padanya ketika dia memutuskan untuk meluncurkan kebijakan stimulus di awal pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu.
"Saat itu, di Januari 2020, belum ada orang Indonesia yang tertular. Tetapi kan kasusnya di China mulai merebak, dan Pemerintah China melarang warganya untuk berwisata ke luar negeri. Ini kan kemudian membuat jumlah turis berkurang," ujar Sri dalam peluncuran buku 'Keeping Indonesia Safe from COVID-19 Pandemic' secara virtual di Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Dia menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi wisata favorit warga China. Tetapi, dengan adanya pelarangan travel tersebut, mengakibatkan jumlah turis China ke Indonesia menjadi terpangkas dalam jumlah besar. Seiring pandemi meluas, makin banyak negara yang memberlakukan travel ban.
"Ini kemudian memukul sektor pariwisata kita lebih dalam. Karena sektor ini jatuh, untuk first response saya putuskan untuk memberikan sejumlah stimulus, mulai dari diskon harga tiket pesawat sampai pembebasan pajak hotel untuk mengompensasikan tidak adanya pemasukan dari turis," ungkap Sri.
Ternyata, kebijakan stimulus tersebut menuai sindiran dan juga tertawaan dari beberapa pengamat. Tak hanya itu, kritikan bertubi-tubi juga ditujukan kepada Sri.
"Kebijakan saya waktu itu dinilai mengada-ngada, bahkan saya diketawain sama para pengamat. 'Apa ini kok bikin stimulus buat turisme saja?," ucapnya.
Sebenarnya, Sri menyampaikan bahwa sudah ada peringatan terkait keuangan negara dengan awal merebaknya virus Covid-19 di China di tahun 2019, tetapi Menteri Kesehatan kala itu masih menyatakan kondisi Indonesia benar-benar aman.
"End of 2019, itu sudah ada kabarnya di Wuhan. Dan di Desember 2019 itu, Menkes sudah mengatakan prediksi kalau virusnya bakal ke sini. Tapi dia bilang 'belum ada masuk sepertinya sih Bu sekarang'. Kayaknya telat saya pikir, cuma alarm sudah bunyi di situ," ungkap Sri.
Namun, ketika pandemi benar-benar menghantam Indonesia dan bahkan penularannya sangat cepat dan luas, maka respons pertama pemerintah adalah segera mengambil langkah untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari dampaknya, terutama dalam mengamankan jaringan sosial dan juga pembenahan sektor kesehatan.
Baca juga: Berkat Bantuan Google Translate Pasangan dari Australia dan Kazakhstan Akhirnya Menikah
"Fokus kita paling pertama adalah respons untuk menjaga masyarakat dari ancaman kesehatan, jaga masyarakat dari ancaman ekonomi dan sosial. Kemudian, baru jaga dunia usaha, mencegah supaya tidak ada bangkrut, dan menjaga stabilitas sistem keuangan," pungkas Sri.
"Saat itu, di Januari 2020, belum ada orang Indonesia yang tertular. Tetapi kan kasusnya di China mulai merebak, dan Pemerintah China melarang warganya untuk berwisata ke luar negeri. Ini kan kemudian membuat jumlah turis berkurang," ujar Sri dalam peluncuran buku 'Keeping Indonesia Safe from COVID-19 Pandemic' secara virtual di Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Dia menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu destinasi wisata favorit warga China. Tetapi, dengan adanya pelarangan travel tersebut, mengakibatkan jumlah turis China ke Indonesia menjadi terpangkas dalam jumlah besar. Seiring pandemi meluas, makin banyak negara yang memberlakukan travel ban.
"Ini kemudian memukul sektor pariwisata kita lebih dalam. Karena sektor ini jatuh, untuk first response saya putuskan untuk memberikan sejumlah stimulus, mulai dari diskon harga tiket pesawat sampai pembebasan pajak hotel untuk mengompensasikan tidak adanya pemasukan dari turis," ungkap Sri.
Ternyata, kebijakan stimulus tersebut menuai sindiran dan juga tertawaan dari beberapa pengamat. Tak hanya itu, kritikan bertubi-tubi juga ditujukan kepada Sri.
"Kebijakan saya waktu itu dinilai mengada-ngada, bahkan saya diketawain sama para pengamat. 'Apa ini kok bikin stimulus buat turisme saja?," ucapnya.
Sebenarnya, Sri menyampaikan bahwa sudah ada peringatan terkait keuangan negara dengan awal merebaknya virus Covid-19 di China di tahun 2019, tetapi Menteri Kesehatan kala itu masih menyatakan kondisi Indonesia benar-benar aman.
"End of 2019, itu sudah ada kabarnya di Wuhan. Dan di Desember 2019 itu, Menkes sudah mengatakan prediksi kalau virusnya bakal ke sini. Tapi dia bilang 'belum ada masuk sepertinya sih Bu sekarang'. Kayaknya telat saya pikir, cuma alarm sudah bunyi di situ," ungkap Sri.
Namun, ketika pandemi benar-benar menghantam Indonesia dan bahkan penularannya sangat cepat dan luas, maka respons pertama pemerintah adalah segera mengambil langkah untuk menjaga dan melindungi masyarakat dari dampaknya, terutama dalam mengamankan jaringan sosial dan juga pembenahan sektor kesehatan.
Baca juga: Berkat Bantuan Google Translate Pasangan dari Australia dan Kazakhstan Akhirnya Menikah
"Fokus kita paling pertama adalah respons untuk menjaga masyarakat dari ancaman kesehatan, jaga masyarakat dari ancaman ekonomi dan sosial. Kemudian, baru jaga dunia usaha, mencegah supaya tidak ada bangkrut, dan menjaga stabilitas sistem keuangan," pungkas Sri.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda