Jerman Dipaksa Irit Gas 20%, Sektor Bisnis Ekonomi Terbesar Eropa Terancam

Selasa, 16 Agustus 2022 - 15:31 WIB
Jerman harus mengurangi penggunaan gas sebesar 20% untuk menghindari penjatahan pada musim dingin. Hal ini diperingatkan langsung oleh regulator. Foto/Dok
JAKARTA - Jerman harus mengurangi penggunaan gas sebesar 20% untuk menghindari penjatahan pada musim dingin. Hal ini diperingatkan langsung oleh regulator.

Ia juga memperingatkan, bakal ada konsekuensi jangka panjang yang harus ditelan para pelaku bisnis di ekonomi terbesar Eropa tersebut. Jerman diharuskan mengurangi penggunaan gasnya mencapai seperlima untuk menghindari krisis gas yang bisa melumpuhkan beberapa sektor saat musim dingin.





Regulator jaringan gas utama Jerman juga mengatakan, sektor bisnis dan rumah tangga harus bersiap untuk krisis energi terbesar di Eropa dalam satu generasi.

Kepala badan jaringan federal (BNA), Klaus Müller akan bertanggung jawab atas penjatahan pasokan gas jika ekonomi terbesar Eropa mengalami krisis energi musim dingin. "Jika kita gagal mencapai target kita (penghematan gas 20 persen), maka ada risiko serius bahwa kita tidak akan memiliki cukup gas," katanya kepada Financial Times.

Müller mengatakan, Jerman juga akan membutuhkan sekitar 10 gigawatt pasokan gas ekstra dari sumber lain untuk menebus volume yang hilang dari Rusia. Sebagian besar gas alam cair yang dipakai Jerman sebagai alternatif berasal dari negara-negara seperti Amerika Serikat (AS).



Dimana mewakili sekitar 9% dari konsumsi gasnya saat ini. Selain AS, dia juga mengatakan Jerman harus bergantung pada impor gas dari negara-negara Eropa lainnya.

Diperingatkan oleh Müller bahwa ada risiko jangka panjang yang harus dibayar untuk mengakhiri ketergantungan Jerman pada Rusia. Dimana "harga gas yang sangat tinggi" bisa berdampak besar bagi bisnis.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More