13 Bulan Kelola Blok Rokan, PHR Tepis Kekhawatiran Penurunan Produksi
Kamis, 22 September 2022 - 12:53 WIB
JAKARTA - Setelah 13 bulan mengelola Blok Rokan , PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan ( PHR ) berhasil menyingkirkan kekhawatiran sebelumnya bahwa produksi minyak dari blok minyak terbesar di Indonesia ini akan turun. Sebaliknya, selain mampu menjaga level produksi, realisasi produksi Blok Rokan bahkan cenderung meningkat dibandingkan dengan rata-rata realisasi produksi dari operator sebelumnya saat kontrak akan berakhir pada 8 Agustus 2021.
Team Manager Drilling OPS SLO PHR Dody Hartawan mengungkapkan, salah satu kunci sukses mempertahankan produksi minyak dari blok tersebut adalah dengan strategi kegiatan pemboran masif yang dilakukan Pertamina. Tahun ini, sekitar 400 sumur ditargetkan dibor di blok tersebut, atau hampir setengah dari jumlah sumur yang direncanakan dibor di seluruh Indonesia sepanjang tahun ini.
"Dalam setahun kita bor 400 well, workover (sumur) sekitar 15.000 kegiatan sejak alih kelola. Dampaknya, kita bisa pertahankan produksi, bahkan lebih tinggi," kata Dody dalam keterangan tertulis, Kamis (22/9/2022).
Dody menjelaskan, masifnya kegiatan pengeboran ini mengharuskan peningkatan penggunaan rig. Karena itu, dari sebelum alih kelola total hanya ada 9 rig yangdigunakan oleh operator terdahulu, setelah alih kelola Pertamina menambah 8 rig sehingga total 17 rig digunakan di Blok Rokan.
"Memasuki 2022 sudah ada 22 rig yang mengebor dan rencananya ke depan akan ditambah lagi 9 rig sehingga total ada 31 rig yang akan beroperasi di Blok Rokan. Kemudian untuk pekerja juga meningkat cukup signifikan dari sekitar 4.000 pekerja menjadi 5.600 pekerja," paparnya.
Dody menambahkan, yang patut juga dibanggakan di Rokan adalah keberhasilan Pertamina melakukan pengeboran horizontal di wilayah shallow di blok tersebut. "Ada 8 sumur. Itu world class performance," ujarnya. Dia menambahkan bahwa semua upaya itu untuk memastikan Blok Rokan tetap menjadi andalan untuk mengerek produksi minyak nasional. "Untuk itu tidak boleh ada penurunan produksi," tandasnya.
Dia menjelaskan, manajemen PHR memiliki sejumlah pilar inovasi guna mencapai target produksi. Pertama adalah pengembangan manusia. Kualitas para pekerja juga menjadi kunci untuk menjalankan berbagai program yang sudah dicanangkan perusahaan. Kedua, risk management yang salah satu caranya dengan mengimplementasikan penggunaan teknologi digital melalui artificial intelligence guna melakukan pengawasan secara real time.
"Selanjutnya ada performance management dengan memastikan maintenance serta business leadership dan kolaborasi dengan ratusan mitra kerja," ungkapnya.
Saat ini, rata-rata produksi Blok Rokan mencapai 161.000 barel per hari (bph). Realisasi ini sekitar 30% dari produksi Subholding Upstream Pertamina dan berkontribusi 26% dari produksi nasional. Produksi sebanyak itu berkontribusi terhadap penerimaan negara sekitar Rp30 triliun dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun pajak.
Team Manager Drilling OPS SLO PHR Dody Hartawan mengungkapkan, salah satu kunci sukses mempertahankan produksi minyak dari blok tersebut adalah dengan strategi kegiatan pemboran masif yang dilakukan Pertamina. Tahun ini, sekitar 400 sumur ditargetkan dibor di blok tersebut, atau hampir setengah dari jumlah sumur yang direncanakan dibor di seluruh Indonesia sepanjang tahun ini.
"Dalam setahun kita bor 400 well, workover (sumur) sekitar 15.000 kegiatan sejak alih kelola. Dampaknya, kita bisa pertahankan produksi, bahkan lebih tinggi," kata Dody dalam keterangan tertulis, Kamis (22/9/2022).
Dody menjelaskan, masifnya kegiatan pengeboran ini mengharuskan peningkatan penggunaan rig. Karena itu, dari sebelum alih kelola total hanya ada 9 rig yangdigunakan oleh operator terdahulu, setelah alih kelola Pertamina menambah 8 rig sehingga total 17 rig digunakan di Blok Rokan.
"Memasuki 2022 sudah ada 22 rig yang mengebor dan rencananya ke depan akan ditambah lagi 9 rig sehingga total ada 31 rig yang akan beroperasi di Blok Rokan. Kemudian untuk pekerja juga meningkat cukup signifikan dari sekitar 4.000 pekerja menjadi 5.600 pekerja," paparnya.
Dody menambahkan, yang patut juga dibanggakan di Rokan adalah keberhasilan Pertamina melakukan pengeboran horizontal di wilayah shallow di blok tersebut. "Ada 8 sumur. Itu world class performance," ujarnya. Dia menambahkan bahwa semua upaya itu untuk memastikan Blok Rokan tetap menjadi andalan untuk mengerek produksi minyak nasional. "Untuk itu tidak boleh ada penurunan produksi," tandasnya.
Baca Juga
Dia menjelaskan, manajemen PHR memiliki sejumlah pilar inovasi guna mencapai target produksi. Pertama adalah pengembangan manusia. Kualitas para pekerja juga menjadi kunci untuk menjalankan berbagai program yang sudah dicanangkan perusahaan. Kedua, risk management yang salah satu caranya dengan mengimplementasikan penggunaan teknologi digital melalui artificial intelligence guna melakukan pengawasan secara real time.
"Selanjutnya ada performance management dengan memastikan maintenance serta business leadership dan kolaborasi dengan ratusan mitra kerja," ungkapnya.
Saat ini, rata-rata produksi Blok Rokan mencapai 161.000 barel per hari (bph). Realisasi ini sekitar 30% dari produksi Subholding Upstream Pertamina dan berkontribusi 26% dari produksi nasional. Produksi sebanyak itu berkontribusi terhadap penerimaan negara sekitar Rp30 triliun dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ataupun pajak.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda