PLN Buka-bukan Soal Dampak Pelemahan Rupiah terhadap Kinerja Perusahaan

Kamis, 29 September 2022 - 17:37 WIB
PLN menyatakan bahwa kenaikan dolar terhadap rupiah bisa berdampak pada kinerja mereka. Foto/Dok
JAKARTA - PT PLN (Persero) menyatakan bahwa kenaikan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah bisa memengaruhi kinerja keuangan, sebab ada pinjaman perseroan dalam bentuk valuta asing (valas). Direktur Manajemen Distribusi PLN Adi Priyanto menjelaskan, menguatnya dolar terhadap rupiah berdampak terhadap keuntungan dan kerugian PLN.



"Penguatan dolar ini pasti berdampak terhadap profit and loss PLN karena beberapa pinjaman kita dalam bentuk valas," ujar Adi saat acara Ngopi BUMN, Jakarta, Kamis (29/9/2022).



Menurut Adi, saat ini kondisi keuangan PLN masih terkendali meski posisi dolar AS sudah berada di angka Rp15.262. "Tadi pagi diskusi dengan direktur keuangan, kami masih bisa mengendalikan dengan baik," tuturnya.

Kementerian BUMN tidak menutup kemungkinan akan menggunakan mata uang asing lain untuk mencari sumber pendanaan atau utang. Kemungkinan tersebut lantaran dampak kenaikan suku bunga The Fed yang membuat dolar Amerika Serikat semakin perkasa terhadap rupiah.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko menyebut pihaknya telah mempertimbangkan BUMN akan menggunakan mata uang asing selain dolar. "Ini memang jadi pemikiran buat kita untuk mencari pendanaan dari currency lain karena yen maupun euro dan GBP memang melemah," kata Tiko.

Tiko tidak mengelak bahwa naiknya dolar AS dan agresifnya kebijakan The Fed menjadi pekerjaan rumah (PR) buat pemerintah, khusus Kementerian BUMN. "Tentunya ini jadi PR kita bersama dan di asset management bank kita sedang me-review untuk melakukan juga beberapa konversi untuk mengurangi exposure terhadap USD-IDR," ucap dia.

Karena itu, pilihan menggunakan mata uang asing di luar dolar bisa saja dilakukan BUMN. Terutama dalam menerbitkan obligasi dengan denominasi non-dolar seperti yen, euro, dan poundsterling. Menurutnya, rupiah masih menguat terhadap ketiga mata uang tersebut.



"Kalau enggak di dolar ada opsi di yen, samurai bond, terus di euro atau bahkan beberapa mungkin di China. Dulu sempat buka ada dimsum bond dan sebagainya dan ini sedang kita kaji," tuturnya.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More