Transformasi Digital Dinilai Bakal Naikkan Pendapatan BPKH
Selasa, 11 Oktober 2022 - 15:45 WIB
JAKARTA - Badan Pengelola Keuangan Haji ( BPKH ) memaknai digitalisasi sebagai perubahan digital untuk membuka peluang memperoleh pendapatan yang lebih besar. BPKH memiliki prinsip harus untung, tapi tidak mendapatkan bonus untuk pengelolaan haji .
"Jadi, setiap manfaat atau keuntungan yang kami dapatkan akan mengalir ke calon jamaah," kata Anggota Badan Pelaksana BPKH Beny Witjaksono, pada Indonesia Sharia Economic Forum (ISEF) 2022 dikutip Selasa (11/10/2022).
Beny menuturkan, ketika dibentuk pada 2017, BPKH mengelola keuangan haji secara manual. Penggunaan teknologi juga masih terbatas, dan awalnya bisnis BPKH ada dua.
"Pertama mengumpulkan uang dari haji sekitar Rp25 juta untuk kami tempatkan di bank dan kedua untuk investasi tersebut," turutnya.
BPKH baru beralih ke teknologi dengan menciptakan Sistem Keuangan Haji Terpadu (Siskehat) yang didukung penggunaan data center canggih. Dengan menggunakan Siskehat pelaporan BPKH menjadi lebih jelas dan sehat.
"Sekarang kami memiliki Siskehat generasi 2 yang membuat BPKH lebih mudah untuk melakukan laporan dan menunjukan transparansi pada publik," kata Beny.
Setelah itu, pemanfaatan teknologi meluas pada pengelolaan dana umat. BPKH menggunakan big data analytic untuk memastikan penempatan dana jamaah ke investasi yang tepat.
"BPKH menggunakan metode big data analytic, kemudian menggunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan data potensial sehingga kita bisa berbagi data tersebut ke bank, dan bank memiliki data calon potensial jamaah untuk dipasarkan secara digital," sambungnya.
"Jadi, setiap manfaat atau keuntungan yang kami dapatkan akan mengalir ke calon jamaah," kata Anggota Badan Pelaksana BPKH Beny Witjaksono, pada Indonesia Sharia Economic Forum (ISEF) 2022 dikutip Selasa (11/10/2022).
Beny menuturkan, ketika dibentuk pada 2017, BPKH mengelola keuangan haji secara manual. Penggunaan teknologi juga masih terbatas, dan awalnya bisnis BPKH ada dua.
"Pertama mengumpulkan uang dari haji sekitar Rp25 juta untuk kami tempatkan di bank dan kedua untuk investasi tersebut," turutnya.
BPKH baru beralih ke teknologi dengan menciptakan Sistem Keuangan Haji Terpadu (Siskehat) yang didukung penggunaan data center canggih. Dengan menggunakan Siskehat pelaporan BPKH menjadi lebih jelas dan sehat.
"Sekarang kami memiliki Siskehat generasi 2 yang membuat BPKH lebih mudah untuk melakukan laporan dan menunjukan transparansi pada publik," kata Beny.
Setelah itu, pemanfaatan teknologi meluas pada pengelolaan dana umat. BPKH menggunakan big data analytic untuk memastikan penempatan dana jamaah ke investasi yang tepat.
"BPKH menggunakan metode big data analytic, kemudian menggunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan data potensial sehingga kita bisa berbagi data tersebut ke bank, dan bank memiliki data calon potensial jamaah untuk dipasarkan secara digital," sambungnya.
tulis komentar anda