Krisis Energi di Eropa Akibat Buah Simalakama
Senin, 17 Oktober 2022 - 14:59 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengungkapkan krisis energi yang terjadi terutama di negara-negara Eropa sudah sangat parah. Kondisi itu kemudian diperparah oleh cuaca di kawasan Eropa yang akan memasuki musim dingin sehingga kebutuhan energi akan makin meningkat.
"Saya kira memang krisis energi sudah sangat parah sekali," ungkapnya dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (17/10/2022).
Dia menambahkan, di sisi lain konflik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai akan terus meningkatkan beban masyarakat, terutama di Uni Eropa yang hampir 60% gasnya berasal dari Rusia.
"Dengan adanya pembatasan atau pun embargo yang dilakukan terhadap energi Rusia, menjadi buah simalakama sebenarnya bagi Eropa dan sekutunya serta bagi global secara keseluruhan," jelasnya.
Menurut Mamit, situasi itu akan secara otomatis mengerek harga komoditas. Tak pelak akan membuat situasi global berubah menjadi tidak menentu, terutama di sektor energi.
"Ini benar-benar menjadi pukulan pasca-kemarin kita juga sudah dipukul oleh pandemi Covid-19, dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina Ini menambah beban bagi masyarakat secara global dan juga bagi Indonesia terkait dengan semakin mahalnya energi," tandasnya.
Baca Juga
"Saya kira memang krisis energi sudah sangat parah sekali," ungkapnya dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (17/10/2022).
Dia menambahkan, di sisi lain konflik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai akan terus meningkatkan beban masyarakat, terutama di Uni Eropa yang hampir 60% gasnya berasal dari Rusia.
"Dengan adanya pembatasan atau pun embargo yang dilakukan terhadap energi Rusia, menjadi buah simalakama sebenarnya bagi Eropa dan sekutunya serta bagi global secara keseluruhan," jelasnya.
Menurut Mamit, situasi itu akan secara otomatis mengerek harga komoditas. Tak pelak akan membuat situasi global berubah menjadi tidak menentu, terutama di sektor energi.
Baca Juga
"Ini benar-benar menjadi pukulan pasca-kemarin kita juga sudah dipukul oleh pandemi Covid-19, dengan adanya konflik Rusia dan Ukraina Ini menambah beban bagi masyarakat secara global dan juga bagi Indonesia terkait dengan semakin mahalnya energi," tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda