Bisnis SPBU Kian Menarik, Swasta Diminta Jangan cuma Cari Untung Belaka
Selasa, 18 Oktober 2022 - 11:04 WIB
JAKARTA - Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak ( BBM ) seperti Pertalite dan Pertamax membuat tingkat persaingan bisnis BBM antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan swasta kian menguat.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, persaingan tersebut sangat wajar terjadi karena saat ini pasar untuk industri hilir sudah dibuka secara bebas. Dengan demikian, masyarakat dapat memilih BBM sesuai kelebihan masing-masing.
"Jadi, masyarakat juga punya pilihan untuk mendapatkan BBM sesuai dengan kelebihan masing-masing dan juga kantong mereka," kata Mamit saat dihubungi MNC Portal, Selasa (18/10/2022).
Menurut Mamit, dengan banyaknya SPBU swasta yang bermain di hilir maka setiap badan usaha akan berusaha untuk memberikan dan mempromosikan produk andalannya. Namun, pihak swasta juga diminta memperhatikan penyebaran SPBU-nya.
"Hanya saja saya kira swasta juga harus fair. Mereka jangan hanya membangun SPBU di wilayah gemuk saja, tetapi juga wilayah di luar Pulau Jawa, khususnya Indonesia Timur," katanya.
Bahkan, menurut Mamit, SPBU swasta juga harus merambah wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar merasakan sulitnya melakukan pendistribusian BBM di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Pertamina.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) megimbau kepada perusahaan yang masuk pada bisnis hilir penyaluran BBM untuk melakukan penetrasi pembangunan SPBU di kawasan yang masih minim infrastruktur. Permintaan itu disampaikan seiring bisnis hilir penyaluran BBM yang makin kompetitif setelah PT Pertamina (Persero) menaikkan harga jual produk mereka.
Anggota BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, persaingan harga jual BBM yang mendekati seimbang saat ini turut mendorong investasi yang signifikan pada pembangunan unit-unit stasiun pengisian bahan bakar tersebut dari sejumlah badan usaha. Dia menuturkan, konsentrasi pembangunan SPBU masih terpusat pada kawasan yang padat penduduk seperti di sejumlah kota besar di Pulau Jawa.
“Kita berharap jangan hanya di daerah-daerah padat penduduk tapi juga menyebar hingga daerah-daerah 3T,” kata Saleh.
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, persaingan tersebut sangat wajar terjadi karena saat ini pasar untuk industri hilir sudah dibuka secara bebas. Dengan demikian, masyarakat dapat memilih BBM sesuai kelebihan masing-masing.
"Jadi, masyarakat juga punya pilihan untuk mendapatkan BBM sesuai dengan kelebihan masing-masing dan juga kantong mereka," kata Mamit saat dihubungi MNC Portal, Selasa (18/10/2022).
Menurut Mamit, dengan banyaknya SPBU swasta yang bermain di hilir maka setiap badan usaha akan berusaha untuk memberikan dan mempromosikan produk andalannya. Namun, pihak swasta juga diminta memperhatikan penyebaran SPBU-nya.
"Hanya saja saya kira swasta juga harus fair. Mereka jangan hanya membangun SPBU di wilayah gemuk saja, tetapi juga wilayah di luar Pulau Jawa, khususnya Indonesia Timur," katanya.
Bahkan, menurut Mamit, SPBU swasta juga harus merambah wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) agar merasakan sulitnya melakukan pendistribusian BBM di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Pertamina.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) megimbau kepada perusahaan yang masuk pada bisnis hilir penyaluran BBM untuk melakukan penetrasi pembangunan SPBU di kawasan yang masih minim infrastruktur. Permintaan itu disampaikan seiring bisnis hilir penyaluran BBM yang makin kompetitif setelah PT Pertamina (Persero) menaikkan harga jual produk mereka.
Anggota BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, persaingan harga jual BBM yang mendekati seimbang saat ini turut mendorong investasi yang signifikan pada pembangunan unit-unit stasiun pengisian bahan bakar tersebut dari sejumlah badan usaha. Dia menuturkan, konsentrasi pembangunan SPBU masih terpusat pada kawasan yang padat penduduk seperti di sejumlah kota besar di Pulau Jawa.
“Kita berharap jangan hanya di daerah-daerah padat penduduk tapi juga menyebar hingga daerah-daerah 3T,” kata Saleh.
(uka)
tulis komentar anda