Perlu Digenjot, Ekspor Produk UMKM RI Masih Kalah dari Malaysia
Selasa, 07 Juli 2020 - 13:28 WIB
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut tingkat ekspor produk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia masih kalah jauh dengan tetangga. Pihaknya menyebut tingkat ekspor produk UMKM baru sekitar 14% lebih rendah dibandingkan negara tetangga Malaysia mencapai 20%, Vietnam 30%, Jepang 50% dan China 70%.
"Padahal banyak komoditi potensial untuk di ekspor baik primer maupun hasil karya inovasi," ujar Teten di Jakarta, Selasa (7/7/2020).
(BACA JUGA: Teten Minta UMKM Dilibatkan dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah)
Menurut dia banyak komoditi dari dalam negeri yang bisa dikembangkan untuk di ekspor ke luar negeri. Saat ini komoditi ekspor yang masih diminati di luar negeri di antaranya ikan hidup maupun ikan beku, buah tropis segar seperti nanas baik segar maupun dalam bentuk kemasan, rempah-rempah, dan varian produk kelapa hingga ke batok kelapa.
Sebab itu, penting menyiapkan pelaku UMKM masuk pasar global. Apalagi saat ini di dalam negeri saja telah banyak produk yang masuk melalui e-commerce sehingga menjadi tantangan dan harus disiapkan agar UMKM bisa bersaing.Untuk mendorong ekspor produk UMKM, pemerintah telah menurunkan nilai ambang batas untuk impor yang tadinya USD75 turun menjadi USD3. Melalui penurunan tersebut tersebut diharapkan produk lokal mampu bersaing dengan produk impor.
"Kita juga harus membidik market-market secara khusus misalnya market kita timur tengah ada kedekatan ada opportunity untuk ekspor kesana," kata dia.
Pihaknya juga meminta produk ekspor UMKM tidak terlalu ketat pengawasannya berbeda dengan barang dari luar yang masuk ke dalam negeri. "Produk dari sini sini keluar pengawasan mestinya tidak terlalu ketat. Ini sering kali menjadi keluhan ketika kita ekspor. Kita juga perlu memanfaatkan jaringan diaspora untuk promosi produk dan kita perlu akselerasi semua," tandasnya.
Sebagai informasi, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki baru sjaa melepas produk ekspor perdana lidi nipan sebanyak 12 ton ke Nepal dan lada sebanyak 45 ton ke Jepang. Kegiatan eskpor tersebut mampu mendorong perekonomian di daerah.
"Dari lidi nipah ini sendiri bisa kembangkan jadi produk-produk lainnya. Sebab, lidi nipah lebih kuat dari lidi lain. Saya pernah lihat tas seharga Rp1 miliar dari lidi rotan, saya kira lebih bagusan lidi nipah," ujarnya.
"Padahal banyak komoditi potensial untuk di ekspor baik primer maupun hasil karya inovasi," ujar Teten di Jakarta, Selasa (7/7/2020).
(BACA JUGA: Teten Minta UMKM Dilibatkan dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah)
Menurut dia banyak komoditi dari dalam negeri yang bisa dikembangkan untuk di ekspor ke luar negeri. Saat ini komoditi ekspor yang masih diminati di luar negeri di antaranya ikan hidup maupun ikan beku, buah tropis segar seperti nanas baik segar maupun dalam bentuk kemasan, rempah-rempah, dan varian produk kelapa hingga ke batok kelapa.
Sebab itu, penting menyiapkan pelaku UMKM masuk pasar global. Apalagi saat ini di dalam negeri saja telah banyak produk yang masuk melalui e-commerce sehingga menjadi tantangan dan harus disiapkan agar UMKM bisa bersaing.Untuk mendorong ekspor produk UMKM, pemerintah telah menurunkan nilai ambang batas untuk impor yang tadinya USD75 turun menjadi USD3. Melalui penurunan tersebut tersebut diharapkan produk lokal mampu bersaing dengan produk impor.
"Kita juga harus membidik market-market secara khusus misalnya market kita timur tengah ada kedekatan ada opportunity untuk ekspor kesana," kata dia.
Pihaknya juga meminta produk ekspor UMKM tidak terlalu ketat pengawasannya berbeda dengan barang dari luar yang masuk ke dalam negeri. "Produk dari sini sini keluar pengawasan mestinya tidak terlalu ketat. Ini sering kali menjadi keluhan ketika kita ekspor. Kita juga perlu memanfaatkan jaringan diaspora untuk promosi produk dan kita perlu akselerasi semua," tandasnya.
Sebagai informasi, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki baru sjaa melepas produk ekspor perdana lidi nipan sebanyak 12 ton ke Nepal dan lada sebanyak 45 ton ke Jepang. Kegiatan eskpor tersebut mampu mendorong perekonomian di daerah.
"Dari lidi nipah ini sendiri bisa kembangkan jadi produk-produk lainnya. Sebab, lidi nipah lebih kuat dari lidi lain. Saya pernah lihat tas seharga Rp1 miliar dari lidi rotan, saya kira lebih bagusan lidi nipah," ujarnya.
(nng)
tulis komentar anda