Rights Issue Diyakini Marak Saat Krisis Ekonomi Global
Senin, 07 November 2022 - 09:10 WIB
JAKARTA - Aksi penawaran umum terbatas atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue akan marak dilakukan korporasi di tengah ketidakpastian ekonomi global . Aksi itu cara perusahaan mendapatkan dana murah.
"Kami melihat aksi korporasi right issue akan lebih marak seiring dengan potensi perlambatan ekonomi imbas ketimpangan supply-demand, inflasi tinggi, dan kebijakan agresif mayoritas bank sentral sehingga, mendapatkan dana murah akan lebih menarik di era kenaikan suku bunga," ujar Desy Israhyanti, analis Pilarmas Investindo Sekuritas, dikutip Senin (7/11/2022).
Di sektor konstruksi, saat ini tengah berlangsung proses perdagangan rights issue PT Adhi Karya (Persero) Tbk sejak 28 Oktober hingga 8 November. Perseroan mendapatkan setoran modal secara penuh dari pemerintah sebesar Rp1,97 triliun pada hari pertama perdagangan.
Dana hasil rights issue emiten berkode saham ADHI itu ditargetkan mencapai Rp3,8 triliun dan seluruhnya akan digunakan untuk pengembangan bisnis sekaligus memperkuat struktur modal perseroan.
"Aksi right issue tersebut memang untuk mendapat sokongan dana PMN. Dana tersebut tentunya meningkatkan struktur permodalan perusahaan dengan tambahan modal yang berpotensi meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Apalagi ADHI ini juga mendapatkan proyek pekerjaan IKN yang bia meningkatkan raihan kontrak baru dan menopang profitabilitas perusahaan," jelas Desy.
ADHI juga baru saja merilis laporan keuangan kuartal III 2022 dan pendapatan perseroan meningkat 24% (yoy) menjadi Rp9,1 triliun dan laba bersih juga naik 24% (yoy) menjadi Rp21 miliar.
Menurut Desy, memang berlanjutnya pemulihan ekonomi pada tahun ini membuka peluang positif bagi emiten konstruksi mengingat pembangunan infrastruktur sejalan dengan rencana kerja pemerintah yang sempat terhenti saat pandemi.
"Di samping itu, pendapatan ADHI secara konsolidasi juga mengalami kenaikan karena masih ditopang oleh segmen konstruksi. Tak hanya itu, terpantau juga diversifikasi pendapatan dari segmen properti yang mengalami kenaikan meskipun tipis saja sebesar 13%. Segmen investasi dan konsesi pun mengalami kenaikan signifikan sebesar 234%," ujarnya.
"Kami melihat aksi korporasi right issue akan lebih marak seiring dengan potensi perlambatan ekonomi imbas ketimpangan supply-demand, inflasi tinggi, dan kebijakan agresif mayoritas bank sentral sehingga, mendapatkan dana murah akan lebih menarik di era kenaikan suku bunga," ujar Desy Israhyanti, analis Pilarmas Investindo Sekuritas, dikutip Senin (7/11/2022).
Di sektor konstruksi, saat ini tengah berlangsung proses perdagangan rights issue PT Adhi Karya (Persero) Tbk sejak 28 Oktober hingga 8 November. Perseroan mendapatkan setoran modal secara penuh dari pemerintah sebesar Rp1,97 triliun pada hari pertama perdagangan.
Dana hasil rights issue emiten berkode saham ADHI itu ditargetkan mencapai Rp3,8 triliun dan seluruhnya akan digunakan untuk pengembangan bisnis sekaligus memperkuat struktur modal perseroan.
"Aksi right issue tersebut memang untuk mendapat sokongan dana PMN. Dana tersebut tentunya meningkatkan struktur permodalan perusahaan dengan tambahan modal yang berpotensi meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Apalagi ADHI ini juga mendapatkan proyek pekerjaan IKN yang bia meningkatkan raihan kontrak baru dan menopang profitabilitas perusahaan," jelas Desy.
ADHI juga baru saja merilis laporan keuangan kuartal III 2022 dan pendapatan perseroan meningkat 24% (yoy) menjadi Rp9,1 triliun dan laba bersih juga naik 24% (yoy) menjadi Rp21 miliar.
Menurut Desy, memang berlanjutnya pemulihan ekonomi pada tahun ini membuka peluang positif bagi emiten konstruksi mengingat pembangunan infrastruktur sejalan dengan rencana kerja pemerintah yang sempat terhenti saat pandemi.
"Di samping itu, pendapatan ADHI secara konsolidasi juga mengalami kenaikan karena masih ditopang oleh segmen konstruksi. Tak hanya itu, terpantau juga diversifikasi pendapatan dari segmen properti yang mengalami kenaikan meskipun tipis saja sebesar 13%. Segmen investasi dan konsesi pun mengalami kenaikan signifikan sebesar 234%," ujarnya.
tulis komentar anda