BI Disarankan Tak Terlalu Agresif Saat Naikkan Suku Bunga
Kamis, 17 November 2022 - 13:52 WIB
JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan mestinya Bank Indonesia ( BI ) tidak perlu agresif dalam menaikkan suku bunga di bulan ini. BI juga harus melihat kondisi perekonomian Indonesia dan tingkat inflasi Amerika yang mulai melandai.
Menurut Josua, BI cukup menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Angka tersebut menurutnya masih cukup, mengingat nilai tukar rupiah masih stabil.
"Saya melihat BI akan berpotensi untuk menaikkan suku bunganya, menurut pandangan kami BI mestinya menaikan 25 basis poin di bulan ini," kata Josua dalam Market Review IDXChannel, Kamis (17/11/2022).
Menurut Josua inflasi di Indonesia juga belun menunjukkan dampak yang signifikan dampak dari adanya kenaikan BBM pada bulan September lalu. "Jadi proyeksi inflasi yang cenderung lebih rendah tersebut akhirnya memberikan ruang BI agar tidak perlu se agresif The Fed," kata Josua.
Selain itu, para pejabat The Fed juga telah melihat adanya penurunan angka inflasi negeri Paman Sam. Alhasil, kecenderungan The Fed untuk menaikan suku bunga secara agresif yang rencananya bakal naik 75 basis poin terminimalisasi.
"Dengan inflasi yang cenderung melandai dan didukung oleh beberapa pernyataan pejabat The Fed, ini menginformasi bahwa keniakan suku bunga The Fed tidak sebesar sebelumnya. Ini menjadi salah satu dasar untuk mendukung ekspektasi bahwa BI tidak perlu menaikkan suku bunga sampai 50 basis poin, tetapi dengan 25 basis poin saja harapannya bisa meredam inflasi hingga tahun depan akan tetap terkendali," pungkasnya.
Menurut Josua, BI cukup menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Angka tersebut menurutnya masih cukup, mengingat nilai tukar rupiah masih stabil.
"Saya melihat BI akan berpotensi untuk menaikkan suku bunganya, menurut pandangan kami BI mestinya menaikan 25 basis poin di bulan ini," kata Josua dalam Market Review IDXChannel, Kamis (17/11/2022).
Menurut Josua inflasi di Indonesia juga belun menunjukkan dampak yang signifikan dampak dari adanya kenaikan BBM pada bulan September lalu. "Jadi proyeksi inflasi yang cenderung lebih rendah tersebut akhirnya memberikan ruang BI agar tidak perlu se agresif The Fed," kata Josua.
Selain itu, para pejabat The Fed juga telah melihat adanya penurunan angka inflasi negeri Paman Sam. Alhasil, kecenderungan The Fed untuk menaikan suku bunga secara agresif yang rencananya bakal naik 75 basis poin terminimalisasi.
"Dengan inflasi yang cenderung melandai dan didukung oleh beberapa pernyataan pejabat The Fed, ini menginformasi bahwa keniakan suku bunga The Fed tidak sebesar sebelumnya. Ini menjadi salah satu dasar untuk mendukung ekspektasi bahwa BI tidak perlu menaikkan suku bunga sampai 50 basis poin, tetapi dengan 25 basis poin saja harapannya bisa meredam inflasi hingga tahun depan akan tetap terkendali," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda