Presdir Sampoerna: Disrupsi Jadi Katalisator Inovasi dan Perubahan

Senin, 28 November 2022 - 20:00 WIB
Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis sebagai salah satu pembicara Conference IdeaFest 2022, Minggu (27/11/2022) di Jakarta. (Foto: Istimewa)
JAKARTA - Disrupsi, baik dalam konteks positif maupun sebaliknya, menuntut para pelaku bisnis untuk mampu melakukan inovasi. Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis mengungkapkan, disrupsi merupakan salah satu katalisator inovasi atau perubahan.

Umumnya, inovasi yang bersifat disruptif datang dari pemain baru, seperti perusahaan rintisan. Namun, dia menegaskan bahwa perusahaan besar pun perlu ambil bagian dalam berinovasi.

“Faktanya adalah kesempatan datang kepada mereka yang terus berinovasi. Kita perlu memikirkan hal yang tidak terpikirkan, mulai bermimpi, dan melampaui apa yang bisa kita lakukan hari ini,” ungkap Vassilis dalam Conference IdeaFest 2022, Minggu (27/11/2022) di Jakarta.



IdeaFest 2022 di Jakarta Convention Center (27/11) turut menghadirkan Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Vassilis Gkatzelis sebagai salah satu pembicara. Mengusung tema "It's Time to Rethink: Lead the Change!”, Vassilis menekankan pada pentingnya inovasi disruptif berbasis sains dan teknologi yang juga dilakukan oleh perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International, melalui pengembangan produk bebas asap.



Dia menerangkan bahwa sains dan teknologi berperan penting bagi industri dalam mewujudkan inovasi, termasuk inovasi yang berdampak positif bagi lingkungan. Kata dia, ada berbagai contoh produk dan layanan inovatif yang menawarkan alternatif yang lebih baik untuk kehidupan.

“Industri otomotif berinovasi melalui kendaraan listrik sebagai alternatif yang lebih baik bagi lingkungan. Contoh lainnya adalah energi terbarukan, seperti turbin angin dan panel surya, yang berpotensi mengurangi emisi karbon dan melindungi planet kita,” jelas Vassilis.

Oleh karena itu, dia menegaskan bisnis perlu melakukan inovasi. Diyakini, inovasi tersebut akan membawa pertumbuhan positif bagi bisnis.

“Pada saat yang sama, disrupsi inovasi hanya dapat berkembang dalam lingkungan dan ekosistem yang mendukung. Oleh karena itu, sebagai enabler, kebijakan berbasis sains yang inklusif dapat memainkan peran kunci dalam mempercepat inovasi yang mengganggu,” jelas dia.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More