IMF Beri Peringatan, Perlambatan Ekonomi China Bisa Membahayakan Asia
Sabtu, 03 Desember 2022 - 08:00 WIB
SINGAPURA - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut inflasi dan perlambatan ekonomi China bisa berisiko terhadap prospek ekonomi Asia. IMF mendesak agar para pembuat kebijakan mengevaluasi kembali strategi untuk mengantisipasi guncangan global tahun depan.
Menurut dia ekonomi Asia yang terdiri dari negara-negara ASEAN membebrikan titik terang terhadap ekonomi global karena diproyeksikan tumbuh 5% tahun ini meskipun diramal akan turun tips tahun depan. Namun, proyeksi tersebut bisa berubah dipengaruhi beragam risiko yang muncul seperti perang Rusia Ukraina, perlambatan ekonomi China dan pengetatan keuangan global.
"Tantangan global lain yang mendesak adalah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat," kata Georgieva dilansir dari Reuters dalam forum ASEAN+3 yang diadakan di Singapura, Jumat (2/12/2022).
Lihat Foto: Presiden China Xi Jinping Diprediksi Diberi Masa Jabatan Ketiga
Pengetatan aktivitas di China telah membebani pertumbuhan global yang sudah melambat. Hal itu mengganggu aktivitas ekonomi domestik dan rantai pasok global.
Georgiva mengungkapkan dampak dari perlambatan ekonomi China sangat menyakitkan Asia, di mana aktivitas pabrik merosot di seluruh wilayah tersebut pada bulan November. Sejumlah negara berkembang terpaksa harus menaikkan suku bunga untuk memerangi arus keluar modal yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dengan mengorbankan ekonomi mereka yang rapuh.
Pada forum yang sama, Presiden Bank Pembangunan Asia Masatsugu Asakawa turut mendesak para pembuat kebijakan Asia untuk mewaspadai tanda-tanda arus keluar modal yang tiba-tiba didorong oleh kenaikan suku bunga AS yang stabil.
"Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi, yang dapat memicu pembalikan aliran modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam," kata Asakawa dalam pesan video yang disiarkan di forum ASEAN+3.
Menurut dia ekonomi Asia yang terdiri dari negara-negara ASEAN membebrikan titik terang terhadap ekonomi global karena diproyeksikan tumbuh 5% tahun ini meskipun diramal akan turun tips tahun depan. Namun, proyeksi tersebut bisa berubah dipengaruhi beragam risiko yang muncul seperti perang Rusia Ukraina, perlambatan ekonomi China dan pengetatan keuangan global.
"Tantangan global lain yang mendesak adalah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat," kata Georgieva dilansir dari Reuters dalam forum ASEAN+3 yang diadakan di Singapura, Jumat (2/12/2022).
Lihat Foto: Presiden China Xi Jinping Diprediksi Diberi Masa Jabatan Ketiga
Pengetatan aktivitas di China telah membebani pertumbuhan global yang sudah melambat. Hal itu mengganggu aktivitas ekonomi domestik dan rantai pasok global.
Georgiva mengungkapkan dampak dari perlambatan ekonomi China sangat menyakitkan Asia, di mana aktivitas pabrik merosot di seluruh wilayah tersebut pada bulan November. Sejumlah negara berkembang terpaksa harus menaikkan suku bunga untuk memerangi arus keluar modal yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dengan mengorbankan ekonomi mereka yang rapuh.
Pada forum yang sama, Presiden Bank Pembangunan Asia Masatsugu Asakawa turut mendesak para pembuat kebijakan Asia untuk mewaspadai tanda-tanda arus keluar modal yang tiba-tiba didorong oleh kenaikan suku bunga AS yang stabil.
"Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi, yang dapat memicu pembalikan aliran modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam," kata Asakawa dalam pesan video yang disiarkan di forum ASEAN+3.
(nng)
tulis komentar anda