Gara-gara Lompatan Harga Minyak, Arab Saudi Cetak Surplus Perdana Hampir 1 Dekade

Selasa, 13 Desember 2022 - 17:55 WIB
Pandangan berbeda disampaikan oleh lembaga pemeringkatan, usai Fitch mengungkapkan Arab Saudi mencerminkan "kondisi ekonomi yang solid." Dituliskan oleh Fitch dalam sebuah laporan, Arab Saudi tetap memiliki proyeksi positif didorong oleh perbaikan dalam neraca keuangan, mengingat pendapatan minyak dan konsolidasi fiskal yang lebih tinggi.

Namun, analis di Goldman Sachs berpikir pengeluaran akan melampaui anggaran tahun depan, karena pemerintah Arab Saudi mengejar megaproyek mahal seperti kota futuristik NEOM, investasi Visi 2030, dan banyak lagi.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman meluncurkan Visi 2030 pada tahun 2016 dengan tujuan mengubah dan memodernisasi Arab Saudi secara dramatis dan mengurangi ketergantungan ekonominya pada pendapatan dari minyak mentah.

Goldman juga memperkirakan harga minyak yang lebih rendah pada tahun depan daripada analis di Emirates NBD.

"Proyeksi kami sendiri, berdasarkan harga minyak rata-rata USD90/bbl pada tahun 2023, menghasilkan pendapatan sebesar SAR 1.187 miliar, sedikit di bawah perkiraan out-turn tahun 2022," kata sebuah laporan dari Goldman Sachs pada hari Kamis.

"Dengan perkiraan pengeluaran kami di SAR 1.213 miliar (9% di atas anggaran), hasilnya akan menjadi defisit 0,7% dari PDB," bebernya.

Diterang juga ada overshoot pengeluaran yang terjadi pada tahun 2022, dengan pengeluaran saat ini melebihi anggaran sebesar 14%, tulis laporan Goldman, mengutip data dari pernyataan anggaran pemerintah. Sementara itu, belanja modal 64% lebih tinggi dari yang dianggarkan dan belanja pemerintah meningkat 9% year-on-year.

"Overshoot pengeluaran terutama terkait dengan pengeluaran untuk militer dan keamanan, serta perawatan kesehatan," tulis analis Goldman.

Peristiwa geopolitik, terutama perang Rusia di Ukraina dan sanksi berikutnya terhadap minyak Rusia dari negara-negara Barat, telah menekan pasokan minyak, meningkatkan harga energi secara tajam.

"Sebagian besar situasi fiskal dan kinerja pertumbuhan tentu saja terkait langsung dengan harga energi yang tinggi, dan secara tidak langsung terkait dengan faktor-faktor dan peristiwa geopolitik yang menggerakkan harga," kata Robert Mogielnicki, seorang sarjana residen senior di Arab Gulf States Institute di Washington, kepada AFP.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More