Gara-gara Lompatan Harga Minyak, Arab Saudi Cetak Surplus Perdana Hampir 1 Dekade

Selasa, 13 Desember 2022 - 17:55 WIB
loading...
Gara-gara Lompatan Harga Minyak, Arab Saudi Cetak Surplus Perdana Hampir 1 Dekade
Lonjakan harga minyak dunia membuat Arab Saudi mencetak surplus anggaran pertamanya dalam hampir 10 tahun. Foto/Dok
A A A
RIYADH - Lonjakan harga minyak dunia membuat Arab Saudi mencetak surplus anggaran pertamanya dalam hampir 10 tahun. Berkat kenaikan pendapatan imbas harga minyak, surplus Arab Saudi tahun 2022 mencapai 102 miliar riyal atau USD27 miliar yang merupakan 2,6% dari produk domestik bruto Saudi.



Hal itu merupakan perkiraan awal kementerian keuangan kerajaan. Diproyeksikan pendapatan tahun ini bakal menyentuh 1,234 triliun riyal, sedangkan pengeluaran sebesar 1,132 triliun riyal.

Negara kaya hidrokarbon itu telah menyetujui anggaran 1,114 triliun riyal untuk tahun 2023 dan diperkirakan masih akan menikmati surplus 16 miliar riyal. Angka itu turun signifikan dari surplus tahun ini, yakni hanya sebesar 0,4% dari PDB.

Tetapi proyeksi surplus itu didasarkan pada harga minyak yang jauh lebih rendah dari yang diperkirakan banyak analis untuk tahun depan.

"Analisis kami menunjukkan anggaran didasarkan pada perkiraan harga minyak sekitar USD 75 (per barel), jauh di bawah perkiraan kami sebesar USD 105 (per barel) untuk tahun depan," tulis Daniel Richards, ekonom MENA di bank emirates NBD yang berbasis di Dubai, dalam sebuah catatan penelitian.

Para ekonom memperkirakan Arab Saudi membutuhkan, harga minyak mentah antara USD 75 dan USD 80 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya.



Sementara itu pertumbuhan ekonomi Saudi diprediksi mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan tahun 2022 ini. Melambat dari 8,5% tahun ini menjadi 3,1% pada 2023, menurut kementerian keuangan.

Pandangan berbeda disampaikan oleh lembaga pemeringkatan, usai Fitch mengungkapkan Arab Saudi mencerminkan "kondisi ekonomi yang solid." Dituliskan oleh Fitch dalam sebuah laporan, Arab Saudi tetap memiliki proyeksi positif didorong oleh perbaikan dalam neraca keuangan, mengingat pendapatan minyak dan konsolidasi fiskal yang lebih tinggi.

Namun, analis di Goldman Sachs berpikir pengeluaran akan melampaui anggaran tahun depan, karena pemerintah Arab Saudi mengejar megaproyek mahal seperti kota futuristik NEOM, investasi Visi 2030, dan banyak lagi.

Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman meluncurkan Visi 2030 pada tahun 2016 dengan tujuan mengubah dan memodernisasi Arab Saudi secara dramatis dan mengurangi ketergantungan ekonominya pada pendapatan dari minyak mentah.

Goldman juga memperkirakan harga minyak yang lebih rendah pada tahun depan daripada analis di Emirates NBD.

"Proyeksi kami sendiri, berdasarkan harga minyak rata-rata USD90/bbl pada tahun 2023, menghasilkan pendapatan sebesar SAR 1.187 miliar, sedikit di bawah perkiraan out-turn tahun 2022," kata sebuah laporan dari Goldman Sachs pada hari Kamis.

"Dengan perkiraan pengeluaran kami di SAR 1.213 miliar (9% di atas anggaran), hasilnya akan menjadi defisit 0,7% dari PDB," bebernya.

Diterang juga ada overshoot pengeluaran yang terjadi pada tahun 2022, dengan pengeluaran saat ini melebihi anggaran sebesar 14%, tulis laporan Goldman, mengutip data dari pernyataan anggaran pemerintah. Sementara itu, belanja modal 64% lebih tinggi dari yang dianggarkan dan belanja pemerintah meningkat 9% year-on-year.

"Overshoot pengeluaran terutama terkait dengan pengeluaran untuk militer dan keamanan, serta perawatan kesehatan," tulis analis Goldman.

Peristiwa geopolitik, terutama perang Rusia di Ukraina dan sanksi berikutnya terhadap minyak Rusia dari negara-negara Barat, telah menekan pasokan minyak, meningkatkan harga energi secara tajam.

"Sebagian besar situasi fiskal dan kinerja pertumbuhan tentu saja terkait langsung dengan harga energi yang tinggi, dan secara tidak langsung terkait dengan faktor-faktor dan peristiwa geopolitik yang menggerakkan harga," kata Robert Mogielnicki, seorang sarjana residen senior di Arab Gulf States Institute di Washington, kepada AFP.

"Namun Arab Saudi memang layak mendapatkan kredit untuk konsolidasi fiskal dan reformasi ekonominya, yang juga telah membantu gambaran ekonomi secara keseluruhan," sambungnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1960 seconds (0.1#10.140)