Dari Surabaya dan Pasuruan, Kain Perca & Dedaunan Ini Jadi Ladang Uang
Jum'at, 23 Desember 2022 - 10:50 WIB
JAKARTA - Bagi banyak orang, kain perca dan dedaunan kering merupakan barang yang akan berakhir di tempat sampah. Namun, dua pelaku UMKM di Jawa Timur ini mengolah barang tersebut menjadi barang bernilai material tinggi.
Ani Nurdiana asal Pasuruan memamerkan bisnis ecoprint miliknya dengan motif yang berasal dari dedaunan kering. Setengah bercanda, Ani menyebut dirinya berprofesi sebagai 'pemulung daun'.
Ia mulai terjun ke bisnis tersebut sekitar satu dekade lalu karena kecintaannya pada dunia seni. Juga setelah melihat adanya peluang besar di pasar dengan pemain yang masih relatif terbatas.
Berawal dari hobi, Ani memulai bisnis dengan modal Rp300 ribu pada 2010. Kini, ia mengaku telah memiliki aset Rp200 juta. Omzet bulanannya pun tidak main-main. Saat ramai pesanan, Ani mengaku bisa memperoleh pundi-pundi hingga Rp80 juta.
"Tapi ini kan bisnis, kalau lagi sepi pernah juga hanya Rp5 juta," ungkap Ani dalam keterangan tertulis, Senin (19/12/2022).
Meski dengan penghasilan yang fluktuatif, Ani mampu mempekerjakan lima orang karyawan yang membantu operasional bisnisnya.
Wajah Ani memancarkan semangat ketika membahas terkait pengelolaan keuangan, perhitungan harga pokok produksi (HPP), hingga model bisnis yang saat ini masih berupa penjualan langsung ke konsumen (business to consumer/B2C). Ia mengatakan akan mengeksplorasi ekspansi model bisnis menjadi business to business/B2B jika ada permintaan.
Ani mengungkapkan bisnis ecoprint yang dijalaninya dapat memberikan nilai tambah hingga dua kali lipat atas beragam barang yang diniagakan. Mulai dari sepatu, tas, hingga jaket.
Ani yang sudah paham akan praktik bisnis berkelanjutan (sustainability) berambisi ke depannya bisa lebih proaktif mengelola bisnisnya. Ia berharap dapat memanfaatkan seluruh barang sisa dan tidak menghasilkan limbah (zero waste). Saat ini, dia mengaku tengah mengeksplorasi potensi penggunaan plastik bekas untuk dijadikan sol sepatu dengan motif ecoprint miliknya.
Ani Nurdiana asal Pasuruan memamerkan bisnis ecoprint miliknya dengan motif yang berasal dari dedaunan kering. Setengah bercanda, Ani menyebut dirinya berprofesi sebagai 'pemulung daun'.
Ia mulai terjun ke bisnis tersebut sekitar satu dekade lalu karena kecintaannya pada dunia seni. Juga setelah melihat adanya peluang besar di pasar dengan pemain yang masih relatif terbatas.
Berawal dari hobi, Ani memulai bisnis dengan modal Rp300 ribu pada 2010. Kini, ia mengaku telah memiliki aset Rp200 juta. Omzet bulanannya pun tidak main-main. Saat ramai pesanan, Ani mengaku bisa memperoleh pundi-pundi hingga Rp80 juta.
"Tapi ini kan bisnis, kalau lagi sepi pernah juga hanya Rp5 juta," ungkap Ani dalam keterangan tertulis, Senin (19/12/2022).
Meski dengan penghasilan yang fluktuatif, Ani mampu mempekerjakan lima orang karyawan yang membantu operasional bisnisnya.
Wajah Ani memancarkan semangat ketika membahas terkait pengelolaan keuangan, perhitungan harga pokok produksi (HPP), hingga model bisnis yang saat ini masih berupa penjualan langsung ke konsumen (business to consumer/B2C). Ia mengatakan akan mengeksplorasi ekspansi model bisnis menjadi business to business/B2B jika ada permintaan.
Ani mengungkapkan bisnis ecoprint yang dijalaninya dapat memberikan nilai tambah hingga dua kali lipat atas beragam barang yang diniagakan. Mulai dari sepatu, tas, hingga jaket.
Ani yang sudah paham akan praktik bisnis berkelanjutan (sustainability) berambisi ke depannya bisa lebih proaktif mengelola bisnisnya. Ia berharap dapat memanfaatkan seluruh barang sisa dan tidak menghasilkan limbah (zero waste). Saat ini, dia mengaku tengah mengeksplorasi potensi penggunaan plastik bekas untuk dijadikan sol sepatu dengan motif ecoprint miliknya.
tulis komentar anda