Punya Toilet Ramah Lingkungan, Berwisata di Toba Bakal Kian Asyik
Minggu, 12 Juli 2020 - 09:00 WIB
JAKARTA - Ketersediaan fasilitas sanitasi, seperti toilet, menjadi faktor penting dalam pelayanan sektor pariwisata. Bahkan beberapa survei menyebutkan, keberadaan toilet publik yang bersih dan layak turut mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan.
Di samping itu, penyediaan sanitasi yang baik dan fasilitas cuci tangan sesuai dengan standar protokol keamanan dan keselamatan pencegahan penyebaran Covid-19. Semua itu tepat untuk mendukung sektor pariwisata pada tatanan normal baru.
Dalam mendukung ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi yang bersih dan layak di kawasan pariwisata, K ementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengembangkan teknologi toilet wisata dengan dilengkapi sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.
Prototioe teknologi ini telah diterapkan Kementerian PUPR di beberapa destinasi wisata di Indonesia, seperti di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2018 dan KSPN Morotai Provinsi Maluku Utara pada 2019.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, dukungan inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur untuk menjadi lebih baik, cepat, dan lebih murah. ( Baca juga:Luhut: Pengembangan 10 Desa Wisata Danau Toba Gairahkan Ekonomi Daerah )
“Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang,” kata Menteri Basuki di Jakarta, Minggu (12/5/2020).
Kata dia, dalam pengolahan air limbah toilet wisata menerapkan teknologi biotour yang merupakan pengembangan rangkaian teknologi biofilter, aIir limbah diproses menggunakan sistem anaerobik dalam bak penampungan berkapasitas sekitar 5.000 liter.
"Biofilter mengolah air limbah dari closet, wastafel, dan urinoir toilet yang selanjutnya dialirkan ke empat kolam sanitasi yang dilengkapi dengan batu koral dan ditanami tanaman air berbeda jenis, seperti kana air, bambu air, papyrus, serta melati air," katanya.
Sebagai informasi, tanaman air tersebut berfungsi menetralisasi sisa limbah dan patogen-patogen yang dapat membahayakan kesehatan sehingga air yang akan dibuang ke badan air telah memenuhi standar baku mutu air limbah domestik.
Keunggulan teknologi toilet wisata ini di antaranya adalah meningkatkan kualitas sanitasi di kawasan pariwisata, mempermudah akses wisatawan terhadap prasarana sanitasi, dan meningkatkan kesan estetis pada instalansi pengelolaan air limbah (IPAL).
Di samping itu, penyediaan sanitasi yang baik dan fasilitas cuci tangan sesuai dengan standar protokol keamanan dan keselamatan pencegahan penyebaran Covid-19. Semua itu tepat untuk mendukung sektor pariwisata pada tatanan normal baru.
Dalam mendukung ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi yang bersih dan layak di kawasan pariwisata, K ementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengembangkan teknologi toilet wisata dengan dilengkapi sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.
Prototioe teknologi ini telah diterapkan Kementerian PUPR di beberapa destinasi wisata di Indonesia, seperti di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2018 dan KSPN Morotai Provinsi Maluku Utara pada 2019.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, dukungan inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur untuk menjadi lebih baik, cepat, dan lebih murah. ( Baca juga:Luhut: Pengembangan 10 Desa Wisata Danau Toba Gairahkan Ekonomi Daerah )
“Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang,” kata Menteri Basuki di Jakarta, Minggu (12/5/2020).
Kata dia, dalam pengolahan air limbah toilet wisata menerapkan teknologi biotour yang merupakan pengembangan rangkaian teknologi biofilter, aIir limbah diproses menggunakan sistem anaerobik dalam bak penampungan berkapasitas sekitar 5.000 liter.
"Biofilter mengolah air limbah dari closet, wastafel, dan urinoir toilet yang selanjutnya dialirkan ke empat kolam sanitasi yang dilengkapi dengan batu koral dan ditanami tanaman air berbeda jenis, seperti kana air, bambu air, papyrus, serta melati air," katanya.
Sebagai informasi, tanaman air tersebut berfungsi menetralisasi sisa limbah dan patogen-patogen yang dapat membahayakan kesehatan sehingga air yang akan dibuang ke badan air telah memenuhi standar baku mutu air limbah domestik.
Keunggulan teknologi toilet wisata ini di antaranya adalah meningkatkan kualitas sanitasi di kawasan pariwisata, mempermudah akses wisatawan terhadap prasarana sanitasi, dan meningkatkan kesan estetis pada instalansi pengelolaan air limbah (IPAL).
(uka)
tulis komentar anda