Sri Mulyani: Daya Tahan Ekonomi RI Kuat Meski Diterjang Gelombang Dahsyat
Rabu, 04 Januari 2023 - 12:17 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan daya tahan perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2022 masih kuat di topang permintaan dan produksi yang cukup kokoh dari setiap sektor.
"Ini tentu memberikan suatu optimisme kepada kita semua. Ada confidence namun kita hati-hati, karena memang imbas dan gelombang gejolak dunia begitu sangat dahsyatnya," ungkap Sri dalam konferensi pers Realisasi APBN 2022, dikutip di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Selain itu, penguatan pemulihan ekonomi juga membuka terciptanya kesempatan kerja dan menurunkan tingkat penduduk miskin di Indonesia. Tercatat, hingga Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari 26,5 juta jiwa menjadi 26,2 juta jiwa atau turun dari 9,71 persen menjadi 9,54 persen.
"Ini adalah hal yang sangat baik dari sisi kualitas pemulihan ekonomi kita yaitu mampu menciptakan kesempatan kerja baru sehingga mereka yang terkena dampak pandemi kembali bisa bekerja dan membaik lagi," ujarnya.
Dari sisi inflasi, hingga akhir tahun 2022 Indonesia berada di angka 5,5 persen atau relatif modes dibandingkan dengan semua negara baik di G20 maupun di ASEAN-5 dan ASEAN-6.
"Ini adalah salah satu prestasi yang sangat baik. Bagaimana Pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan policy mix antara kombinasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah untuk terus menjaga tingkat harga termasuk menggunakan APBN dengan memberikan subsidi untuk stabilisasi yang luar biasa besar untuk tahun 2022," ucapnya.
Dari sisi perbankan, pihaknya menyampaikan bahwa perbankan Indonesia terus menunjukkan tren normalisasi, di mana Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
"Ini adalah kenaikan DPK yang cukup tinggi semenjak terjadinya Covid-19, yaitu tahun 2020. DPK itu pertumbuhannya di 9,4. Ini menggambarkan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat mulai meningkat sehingga mereka mulai menggunakan dana mereka yang ada di perbankan untuk kegiatan, baik kegiatan ekonomi maupun sosial lainnya," tambah Sri.
Di samping itu, surat berharga negara Indonesia juga relatif dalam situasi yang cukup stabil, depresiasi nilai tukar rupiah juga relatif moderat. Dari sisi penjualan kendaraan juga mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 26,9 persen, serta PMI manufaktur Indonesia yang masih terus meningkat bahkan sedikit lebih baik pada akhir tahun di angka 50,9.
"Harga-harga di sektor manufaktur juga mengalami penurunan, terutama pada bulan November. Ini sangat bagus dari sisi probabilitas bahwa sektor manufaktur kita diharapkan tetap bisa resilien," tandasnya.
"Ini tentu memberikan suatu optimisme kepada kita semua. Ada confidence namun kita hati-hati, karena memang imbas dan gelombang gejolak dunia begitu sangat dahsyatnya," ungkap Sri dalam konferensi pers Realisasi APBN 2022, dikutip di Jakarta, Rabu (4/1/2023).
Selain itu, penguatan pemulihan ekonomi juga membuka terciptanya kesempatan kerja dan menurunkan tingkat penduduk miskin di Indonesia. Tercatat, hingga Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dari 26,5 juta jiwa menjadi 26,2 juta jiwa atau turun dari 9,71 persen menjadi 9,54 persen.
"Ini adalah hal yang sangat baik dari sisi kualitas pemulihan ekonomi kita yaitu mampu menciptakan kesempatan kerja baru sehingga mereka yang terkena dampak pandemi kembali bisa bekerja dan membaik lagi," ujarnya.
Dari sisi inflasi, hingga akhir tahun 2022 Indonesia berada di angka 5,5 persen atau relatif modes dibandingkan dengan semua negara baik di G20 maupun di ASEAN-5 dan ASEAN-6.
"Ini adalah salah satu prestasi yang sangat baik. Bagaimana Pemerintah dan Bank Indonesia terus melakukan policy mix antara kombinasi langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah untuk terus menjaga tingkat harga termasuk menggunakan APBN dengan memberikan subsidi untuk stabilisasi yang luar biasa besar untuk tahun 2022," ucapnya.
Dari sisi perbankan, pihaknya menyampaikan bahwa perbankan Indonesia terus menunjukkan tren normalisasi, di mana Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
"Ini adalah kenaikan DPK yang cukup tinggi semenjak terjadinya Covid-19, yaitu tahun 2020. DPK itu pertumbuhannya di 9,4. Ini menggambarkan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat mulai meningkat sehingga mereka mulai menggunakan dana mereka yang ada di perbankan untuk kegiatan, baik kegiatan ekonomi maupun sosial lainnya," tambah Sri.
Di samping itu, surat berharga negara Indonesia juga relatif dalam situasi yang cukup stabil, depresiasi nilai tukar rupiah juga relatif moderat. Dari sisi penjualan kendaraan juga mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 26,9 persen, serta PMI manufaktur Indonesia yang masih terus meningkat bahkan sedikit lebih baik pada akhir tahun di angka 50,9.
"Harga-harga di sektor manufaktur juga mengalami penurunan, terutama pada bulan November. Ini sangat bagus dari sisi probabilitas bahwa sektor manufaktur kita diharapkan tetap bisa resilien," tandasnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda