Neraca Perdagangan Indonesia Akhir 2022 Diprediksi Surplus USD 4,28 miliar
Senin, 16 Januari 2023 - 09:32 WIB
JAKARTA - Menjelang pengumuman neraca perdagangan Indonesia di akhirtahun 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan, masih akan mencetak surplus.
Hanya saja, ia memprediksi nilai surplus neraca perdagangan menyusut jika dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada November 2022.
"Neraca dagang pada Desember 2022 akan surplus di kisaran USD 4,28 miliar atau lebih rendah dibandingkan posisi pada November 2022 yang mencapai USD 5,16 miliar," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Senin (16/1/2023).
Yusuf menerangkan, penurunan ini disebabkan adanya penyesuaian dari harga komoditas dan permintaan global yang ternyata tidak lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Disebutnya, berapa harga komoditas yang mengalami penyesuaian di antaranya harga CPO dan juga batu bara. Selain, itu China sebagai negara tujuan utama ekspor juga tengah dihadapi pada gelombang baru penyebaran Covid-19.
Secara lebih detail, Yusuf memperkirakan ,nilai ekspor akan mengalami kontraksi sebesar 0,46% secara bulanan namun kalau dihitung secara tahunan ekspor masih dapat tumbuh di kisaran 7,4%.
Sementara untuk impor secara tahunan mengalami kontraksi 7,61% namun secara bulanan masih dapat tumbuh di kisaran 4%. "Dengan konfigurasi di atas, neraca perdagangan di sepanjang tahun 2022 diperkirakan akan berada di kisaran USD 54,8 miliar," ucapnya.
Menurut Yusuf, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan angka neraca perdagangan kumulatif Januari sampai dengan November yang berada di kisaran USD 50,5 miliar dan juga angka neraca perdagangan sepanjang 2021 yang berada di kisaran angka USD 35,3 miliar.
Hanya saja, ia memprediksi nilai surplus neraca perdagangan menyusut jika dibandingkan dengan surplus yang terjadi pada November 2022.
"Neraca dagang pada Desember 2022 akan surplus di kisaran USD 4,28 miliar atau lebih rendah dibandingkan posisi pada November 2022 yang mencapai USD 5,16 miliar," jelasnya kepada MNC Portal Indonesia, Senin (16/1/2023).
Yusuf menerangkan, penurunan ini disebabkan adanya penyesuaian dari harga komoditas dan permintaan global yang ternyata tidak lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Disebutnya, berapa harga komoditas yang mengalami penyesuaian di antaranya harga CPO dan juga batu bara. Selain, itu China sebagai negara tujuan utama ekspor juga tengah dihadapi pada gelombang baru penyebaran Covid-19.
Secara lebih detail, Yusuf memperkirakan ,nilai ekspor akan mengalami kontraksi sebesar 0,46% secara bulanan namun kalau dihitung secara tahunan ekspor masih dapat tumbuh di kisaran 7,4%.
Sementara untuk impor secara tahunan mengalami kontraksi 7,61% namun secara bulanan masih dapat tumbuh di kisaran 4%. "Dengan konfigurasi di atas, neraca perdagangan di sepanjang tahun 2022 diperkirakan akan berada di kisaran USD 54,8 miliar," ucapnya.
Menurut Yusuf, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan angka neraca perdagangan kumulatif Januari sampai dengan November yang berada di kisaran USD 50,5 miliar dan juga angka neraca perdagangan sepanjang 2021 yang berada di kisaran angka USD 35,3 miliar.
(akr)
tulis komentar anda