Dampak Perang Rusia Ukraina Sampai ke Indonesia, Harga Pupuk Melonjak 242%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan, bahwa dampak perang Rusia Ukraina menimbulkan masalah yang cukup kompleks. Hal itu praktis mengganggu pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Salah satu yang paling dalam dirasakan bagi sektor pertanian di Indonesia adalah melonjaknya harga pupuk . Sebab mayoritas suplai pupuk di Indonesia berasal dari negara yang tengah berkonflik tersebut. Rantai pasok yang terganggu, sehingga menyebabkan harga pupuk naik signifikan.
Sebelum masa pandemi, Mentan SYL mengatakan, harga urea tertinggi terjadi pada 24 Juni 2019 sebesar Rp4.123,-/kg. Sesaat setelah invasi Rusia ke Ukraina terjadi kenaikan sebesar 242% pada 25 Maret 2022. Baukan sampai saat ini kenaikan harga masih berlanjut.
"Dengan kondisi ketersediaan pupuk saat ini, maka kita harus menerapkan prinsip bahwa pupuk harus bisa cepat dibagi, cermat dalam membagi, dan akurat,” ujar Mentan SYL pada pernyataan tertulisnya, Jumat (20/1/2023).
Oleh karena itu Mentan SYL memerintahkan jajarannya mengawal pengelolaan pupuk bersubsidi. Menurutnya, semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan pupuk bersubsidi sampai kepada petani, tanpa ada kekurangan.
"Jangan sampai ada penyelewengan dan penyimpangan, boros di sana dan di sini. Tolong jaga dengan baik,” sambungnya.
Selain pengawasan tata kelola pupuk bersubsidi, SYL juga meminta semua pihak semakin kreatif dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk menyiasati ketersediaan pupuk bersubsidi. Sebagaj salah satu solusi terbaik, perlu dilakukan pengembangan pupuk organik sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyebutkan, peserta kegiatan ToT kali ini melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Targetnya 40.000 peserta, hingga saat ini yang terdaftar sudah 40.676 peserta yang terdiri dari penyuluh dan pengelola pupuk bersubsidi yang hadir secara online maupun offline. Adapun materi-materi pelatihan akan difokuskan dalam upaya untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan pupuk bersubsidi.
“Outcome dari kegiatan ini adalah peningkatan kompetensi penyuluh dan pengelola pupuk bersubsidi. Para peserta akan diajar mulai dari pengisian e-lokasi sampai implementasinya di lapangan,” pungkas Dedi.
Salah satu yang paling dalam dirasakan bagi sektor pertanian di Indonesia adalah melonjaknya harga pupuk . Sebab mayoritas suplai pupuk di Indonesia berasal dari negara yang tengah berkonflik tersebut. Rantai pasok yang terganggu, sehingga menyebabkan harga pupuk naik signifikan.
Sebelum masa pandemi, Mentan SYL mengatakan, harga urea tertinggi terjadi pada 24 Juni 2019 sebesar Rp4.123,-/kg. Sesaat setelah invasi Rusia ke Ukraina terjadi kenaikan sebesar 242% pada 25 Maret 2022. Baukan sampai saat ini kenaikan harga masih berlanjut.
"Dengan kondisi ketersediaan pupuk saat ini, maka kita harus menerapkan prinsip bahwa pupuk harus bisa cepat dibagi, cermat dalam membagi, dan akurat,” ujar Mentan SYL pada pernyataan tertulisnya, Jumat (20/1/2023).
Oleh karena itu Mentan SYL memerintahkan jajarannya mengawal pengelolaan pupuk bersubsidi. Menurutnya, semua pihak harus bekerja sama untuk memastikan pupuk bersubsidi sampai kepada petani, tanpa ada kekurangan.
"Jangan sampai ada penyelewengan dan penyimpangan, boros di sana dan di sini. Tolong jaga dengan baik,” sambungnya.
Selain pengawasan tata kelola pupuk bersubsidi, SYL juga meminta semua pihak semakin kreatif dalam memanfaatkan sumber daya lokal untuk menyiasati ketersediaan pupuk bersubsidi. Sebagaj salah satu solusi terbaik, perlu dilakukan pengembangan pupuk organik sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyebutkan, peserta kegiatan ToT kali ini melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Targetnya 40.000 peserta, hingga saat ini yang terdaftar sudah 40.676 peserta yang terdiri dari penyuluh dan pengelola pupuk bersubsidi yang hadir secara online maupun offline. Adapun materi-materi pelatihan akan difokuskan dalam upaya untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan pupuk bersubsidi.
“Outcome dari kegiatan ini adalah peningkatan kompetensi penyuluh dan pengelola pupuk bersubsidi. Para peserta akan diajar mulai dari pengisian e-lokasi sampai implementasinya di lapangan,” pungkas Dedi.
(akr)