Tiga Tahun Lagi Sayap-Sayap Garuda Baru Bisa Mengepak

Rabu, 15 Juli 2020 - 09:04 WIB
loading...
Tiga Tahun Lagi Sayap-Sayap...
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sepanjang tahun ini, kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk bakal tercatat merah kembali. Maskpai penerbangan nasional itu memproyeksikan kerugiannya sebesar USD1,1 miliar atau setara Rp16 triliun (kurs Rp14.500). Kerugian itu akibat merosotnya pendapatan perseroan karena adanya pandemi Covid-19.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap, kerugian tersebut termasuk beban bunga dari dana talangan yang diterimanya sebesar Rp8,5 triliun. Suntikan dana itu diperkirakan cair di akhir tahun 2020.

"Kami melihat posisi laba ruginya di tahun 2020 karena ada dana talangan akan turun. Diperkirakan akhir tahun itu ruginya sebesar USD1 miliar lebih," ujar irfan, Jakarta, Selasa (14/7/2020). ( Baca juga:Ajukan Dana Talangan Rp8,5 Triliun, Garuda Indonesia Ingin Berbentuk Obligasi )

Namun demikian, lanjut Irfan, pihaknya tetap berupaya mengambil langkah strategis untuk menyelamatkan perusahaan penerbangan nasional dari tekanan utang dan Covid-19. Bahkan, kata dia, pihaknya optimis perusahan pelat merah ini mampu mencatatkan EBITDA dan laba positif pada 2022 hingga 2023. Dengan begitu maskapai penerbangan mampu keluar dari masa kritisnya.

"Kita harap 2022 sudah positif EBITDA-nya, dan kita bisa bukukan net income positif di 2023," ungkapnya.

Sebelumnya, Garuda Indonesia tercatat memiliki total utang hingga 1 Juli 2020 mencapai USD2,21 miliar atau setara Rp32,04 triliun. Utang tersebut terdiri dari utang usaha dan pajak senilai USD905 juta dan pinjaman bank sebesar USD1,313 miliar.

Irfan Setiaputra mengatakan, pinjaman bank sebesar itu terbagi atas pinjaman jangka pendek sebesar USD668 juta dan pinjaman jangka panjang sebesar USD645 juta.

"Saldo utang usaha dan pinjaman bank per 1 Juli 2020 totalnya USD2,2 miliar. Ini terdiri dari USD905 juta operasional, pinjaman jangka pendek USD668 juta dan pinjaman jangka panjang USD645 juta. Dari USD645 juta ada pinjaman sukuk USD500 juta yang sudah berhasil kita negosiasi dan extend jadi Juni 2023," ungkapnya.

Sementara itu, untuk menjaga kelangsungan bisnis perseroan, pihak Garuda mengajukan dana talangan kepada pemerintah sebesar Rp8,5 triliun. Skema dana talangan itu nantinya berbentuk mandatory convertible bonds (MCB) atau jenis obligasi yang dapat dikonversikan menjadi saham dari suatu perusahaan penerbit obligasi.

Namun begitu, dalam kesepakatan pencairan dana talangan, pemerintah tetap memberlakukan beban bunga kepada Garuda.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1454 seconds (0.1#10.140)