Harga Beras Naik, Pedagang Pasar: Terpaksa Tambah Modal
loading...
A
A
A
DEPOK - Pemerintah terus berupaya agar harga beras yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir bisa ditekan dan dijaga agar stabil.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pada Jumat (10/2) harga beras kualitas medium II dibanderol Rp 12.950 per kg dan Rp 13.050 per kg untuk kualitas medium I.
Kenaikan harga ini juga diakui oleh para pedagang beras di pasar. MNC Portal Indonesia (MPI) hari ini menyambangi Pasar Cisalak di Depok, Jawa Barat dan Pasar Cijantung di Jakarta Timur.
Pedagang di dua pasar tersebut mengamini kenaikan harga beras dan menyebut pemicunya adalah gagal panen di sejumlah daerah.
“Naik harganya karena gagal panen. Kemarin kan banyak daerah yang kebanjiran akibat curah hujan yang tinggi,” kata Ali, pedagang beras di pasar Cisalak, Sabtu (11/2/2023).
Menurut pantauan MNC Portal Indonesia, kenaikan harga beras medium dan premium di Pasar Cisalak dan Pasar Cijantung relatif sama.
“Harga beras medium tadinya dijual Rp 8.000 per kg, sekarang jadi Rp 10.000 per kg. Kalau yang premium harganya jadi Rp 12.000 per kg, tadinya Rp 10.000,” beber pedagang beras di Pasar Cijantung, Endah.
Pedagang mengaku terpaksa menaikkan harga. Hal ini dilakukan karena bertambahnya modal yang dikeluarkan untuk membeli beras dari agen.
“Terpaksa tambah modal, mau nggak mau. Tadinya beras pera dijual Rp 500.000 per karung, sekarang jadi Rp 600.000. Otomatis kita harus menaikan harga jual,” tukas Ali.
Dia menilai kenaikan beras lumrah terjadi di awal tahun. Biasanya, kata Ali, kenaikan terjadi pada bulan Agustus sampai Februari. “Biasanya harga akan kembali normal di Maret. Kami berharap sih begitu,” tuturnya.
Sementara itu terkait dugaan adanya praktik pengoplosan beras Bulog, Ali menilai hal itu merugikan. Dia merasa ditipu jika beras yang dibeli tidak sesuai harapan. “Kalau saya beli beras kan per karung, pas dilihat berasnya bagus dan putih, tapi pas dimasak ternyata nasinya keras,” tukasnya.
Menurut dia, sejauh ini pelanggannya jarang yang membeli beras Bulog dan lebih memilih beras lokal lainnya. “Kalau disini jarang yang beli beras Bulog. Kalau menurut mereka karena nasinya keras,” tukas Ali.
Agak berbeda, Endah mengaku beras Bulog akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat. “Lebih banyak Bulog sih akhir-akhir ini, karena harganya jauh lebih murah,” ungkapnya.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, pada Jumat (10/2) harga beras kualitas medium II dibanderol Rp 12.950 per kg dan Rp 13.050 per kg untuk kualitas medium I.
Kenaikan harga ini juga diakui oleh para pedagang beras di pasar. MNC Portal Indonesia (MPI) hari ini menyambangi Pasar Cisalak di Depok, Jawa Barat dan Pasar Cijantung di Jakarta Timur.
Pedagang di dua pasar tersebut mengamini kenaikan harga beras dan menyebut pemicunya adalah gagal panen di sejumlah daerah.
“Naik harganya karena gagal panen. Kemarin kan banyak daerah yang kebanjiran akibat curah hujan yang tinggi,” kata Ali, pedagang beras di pasar Cisalak, Sabtu (11/2/2023).
Menurut pantauan MNC Portal Indonesia, kenaikan harga beras medium dan premium di Pasar Cisalak dan Pasar Cijantung relatif sama.
“Harga beras medium tadinya dijual Rp 8.000 per kg, sekarang jadi Rp 10.000 per kg. Kalau yang premium harganya jadi Rp 12.000 per kg, tadinya Rp 10.000,” beber pedagang beras di Pasar Cijantung, Endah.
Pedagang mengaku terpaksa menaikkan harga. Hal ini dilakukan karena bertambahnya modal yang dikeluarkan untuk membeli beras dari agen.
“Terpaksa tambah modal, mau nggak mau. Tadinya beras pera dijual Rp 500.000 per karung, sekarang jadi Rp 600.000. Otomatis kita harus menaikan harga jual,” tukas Ali.
Dia menilai kenaikan beras lumrah terjadi di awal tahun. Biasanya, kata Ali, kenaikan terjadi pada bulan Agustus sampai Februari. “Biasanya harga akan kembali normal di Maret. Kami berharap sih begitu,” tuturnya.
Sementara itu terkait dugaan adanya praktik pengoplosan beras Bulog, Ali menilai hal itu merugikan. Dia merasa ditipu jika beras yang dibeli tidak sesuai harapan. “Kalau saya beli beras kan per karung, pas dilihat berasnya bagus dan putih, tapi pas dimasak ternyata nasinya keras,” tukasnya.
Menurut dia, sejauh ini pelanggannya jarang yang membeli beras Bulog dan lebih memilih beras lokal lainnya. “Kalau disini jarang yang beli beras Bulog. Kalau menurut mereka karena nasinya keras,” tukas Ali.
Agak berbeda, Endah mengaku beras Bulog akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat. “Lebih banyak Bulog sih akhir-akhir ini, karena harganya jauh lebih murah,” ungkapnya.
(ind)