Harga Mahal Jadi Alasan Mobil Listrik Tidak Laku di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ombudsman mengungkapkan harga mahal menjadi alasan mobil listrik tidak laku di Indonesia. Sebab itu perlu insentif yang sesuai untuk menarik konsumen.
"Perlu dilihat besaran insentif di awal pembelian khususnya bagi mobil listrik karena harga jual cukup mahal. Insentif perlu disesuaikan harga jual," ujar Anggota Ombudsman Hery Susanto saat konferensi pers, Selasa (14/2/2023).
Dia membandingkan harga mobil listrik dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kona Dai Hyundai di AS dan Eropa berkisar di harga Rp450 juta sementara di Korea berkisar Rp 350 juta dan Australia berkisar Rp500 juta. "Sedangkan di Indonesia mencapai Rp 698 juta," ungkapnya.
Di samping itu, disparitas harga juga cukup tinggi antara harga pabrik dengan harga jual di Indonesia. Berdasarkan keterangan dari Komunitas Mobil Listrik Indonesia, terdapat perbedaan yang besar antara harga pabrikan dengan harga jual pasaran. Seperti mobil listrik Wuiling di China harganya berkisar Rp85-90 juta dijual di Indonesia dengan harga Rp300 juta.
Sebab itu, Hery mengatakan pemerintah perlu menyesuaikan besaran insentif yang nantinya diberikan kepada masyarakat. Hal ini penting, karena menurutnya masyarakat Indonesia rata-rata memiliki tingkat ekonomi menengah.
Sehingga, jika insentif yang diberikan tidak disesuaikan harga pasar di Indonesia maka minat pembelian mobil listrik justru akan kecil. "Jika insentif pemberian dana awal tidak terlalu besar, maka dampaknya tidak signifikan," tegas Hery.
"Perlu dilihat besaran insentif di awal pembelian khususnya bagi mobil listrik karena harga jual cukup mahal. Insentif perlu disesuaikan harga jual," ujar Anggota Ombudsman Hery Susanto saat konferensi pers, Selasa (14/2/2023).
Dia membandingkan harga mobil listrik dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kona Dai Hyundai di AS dan Eropa berkisar di harga Rp450 juta sementara di Korea berkisar Rp 350 juta dan Australia berkisar Rp500 juta. "Sedangkan di Indonesia mencapai Rp 698 juta," ungkapnya.
Di samping itu, disparitas harga juga cukup tinggi antara harga pabrik dengan harga jual di Indonesia. Berdasarkan keterangan dari Komunitas Mobil Listrik Indonesia, terdapat perbedaan yang besar antara harga pabrikan dengan harga jual pasaran. Seperti mobil listrik Wuiling di China harganya berkisar Rp85-90 juta dijual di Indonesia dengan harga Rp300 juta.
Sebab itu, Hery mengatakan pemerintah perlu menyesuaikan besaran insentif yang nantinya diberikan kepada masyarakat. Hal ini penting, karena menurutnya masyarakat Indonesia rata-rata memiliki tingkat ekonomi menengah.
Sehingga, jika insentif yang diberikan tidak disesuaikan harga pasar di Indonesia maka minat pembelian mobil listrik justru akan kecil. "Jika insentif pemberian dana awal tidak terlalu besar, maka dampaknya tidak signifikan," tegas Hery.
(nng)